Setelah masa jahiliyah kondisi berbanding terbalik dengan penempatan perempuan denga baik yang ditandai dengan mengajak kelilingnya Fatimah --putri Muhammad SAW untuk keliling ka'bah yang jelas sangat berbanding terbalik dengak kondisi kebudayaan yang ada.
Dalam memahami tafsir dalam agama, ada beberapa kunci yang mengatarkan kepada hasil penafsiran yang berfariatif. QS (3:34) yang dimana membahas tentang kepemimpianan, terjadi 2 tafsir yang berbanding terbalik antara pemahaman muffasir klasik dan mawdhui kontekstual.Â
Mufasir klasik lebih menekankan kepada peranan kaum pria menjadi pemimpin adalah kodrati yang tidak bisa diganggu gugat sedangkan untuk Mawdhu'i kontekstual lebih mengarah kepada keleluasaan untuk perempuan, masuk, dan berpartisipasi menjadi seorang pemimpin dengan ditandai bahwa pernana laki-laki sebagai pemimpin tidak bersifat kondrati.
Perempuan di era Modern
Perempuan sering mengalami pencekalan terhadap kebebasan dan hak mereka dalam memilih suatu kebutuhan dan kepentingan.Â
Mereka sering dijadikan sebagai objek sekunder yang tidak bisa bebas dalam menentukan hak mereka. Konstruk sosial, budaya dan politik sebagai bentuk martir yang selalui menghujam perempuan dalam memperoleh sebuah esensi hak.
Kita sering mengenal feminisme yang ranah gerak mereka meperjuangkan hak-hak perempuan ditengah kehidupan yang kompleks. Feminisme dimulai dari sebuah perjuangan bagi kaum perempuan untuk mendapatkan space berpartisipasi dalam ranah politik.Â
Ranah politik sering dihegemoni dengan eksistensi laki-laki. Jelas hal tersebut akan berdampak kepada diskriminasi sosial yang memegang teguh kesetaraan terhadap hak.Â
Perempuan dalam bidang politik sangat kurang relevan bagi merekan yang memandang meraka sangat tradisionalis. Perempuan haruslah mempunyai kesamaan hak dalam mengelola realitas sosial tanpa harus memberikan sekat yang kuat sehingga membatasi ranah gerak perempuan itu sendiri.Â
Pencerdasan melalui sosialisai terhadap hak perempuan, harus tetap dilaksanakn guna mencerahkan hegemoni hitam terhadap perempuan selama ini.
Ratu Sima yang berasal dari kalingga dan beberapa literasi kuno yang mengagungkan perempuan menjadi sebuah bukti bahwa perempuan mempunyai ranah kekuatan yang sama dalam mengelola relaitas sosial yang ada. Â