Kesehatan mental dapat dikatakan baik apabila individu tersebut mampu mengembangkan potensi maksimalnya, Â tekanan kehidupan, bekerja dengan efisien, dan memberikan kontribusi positif pada komunitasnya (WHO, 2014). Kesehatan mental juga mencakup kemampuan seseorang untuk berkembang secara optimal dalam berbagai aspek, seperti fisik, intelektual, dan emosional, yang selaras dengan interaksi sosial dan hubungan dengan orang lain.
Perusahaan perlu memberikan perhatian terhadap kesejahteraan jiwa karyawannya, terutama dari perspektif psikologi positif, mencakup upaya untuk menciptakan kondisi dan proses yang mendukung perkembangan optimal individu, kelompok, maupun institusi. Contohnya adalah menciptakan lingkungan kerja yang mendukung keterlibatan karyawan, kepemimpinan yang autentik, dan kekuatan sosial yang kuat di tempat kerja.
Kesejahteraan di tempat kerja sering dikaitkan dengan kepuasan hidup, perasaan positif, dan kebahagiaan yang dialami individu dalam menjalani rutinitas kerja. Lingkungan kerja yang mendukung kesehatan mental dapat membantu pekerja untuk bekerja secara maksimal sekaligus kualitas hidup mereka, cara untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memberikan edukasi yang relevan kepada para karyawan.
Perusahaan yang bergerak di distribusi berbahan dasar besi dan baja menghadapi tantangan dalam hal komunikasi tim pemasaran dengan klien serta fluktuasi harga bahan baku yang sering menjadi pemicu stres bagi karyawan. Selain itu, jumlah karyawan yang terbatas meningkatkan risiko tekanan psikologis akibat interaksi intensif antarpekerja maupun dengan atasan. Penelitian menunjukkan bahwa stres kerja, baik pada tingkat individu maupun kelompok, berdampak signifikan terhadap kinerja karyawan (Takahindangen, 2020)
Pembahasan
    Dalam kehidupan modern yang semakin maju, meningkatnya tuntutan pekerjaan mengubah cara pandang dalam dunia kerja (Solikatun, 2021). Persaingan ketat dan intensitas pekerjaan yang tinggi menimbulkan tantangan baru bagi individu untuk menjaga keseimbangan antara tanggung jawab pekerjaan dan kehidupan pribadi. Istilah keseimbangan kehidupan kerja semakin relevan dan menjadi perhatian di dunia kerja saat ini (Widya, 2022).
    Kementerian Perhubungan, isu ini juga menjadi fokus perhatian. Secara umum,  pada kemampuan seseorang untuk menyeimbangkan kebutuhan antara tempat kerja dan kehidupan pribadi (Pebiyanti & Winarno, 2021). Hubungan yang seimbang ini memberikan dampak positif, baik untuk individu maupun organisasi.Orang yang berhasil menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi cenderung lebih optimis, memiliki kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, serta menunjukkan produktivitas yang lebih tinggi di tempat kerja (Muliawati, 2020). Work-life balance tidak hanya mendukung kesejahteraan individu, tetapi juga berkontribusi pada keberhasilan organisasi secara keseluruhan.
Sejauh mana individu terlibat dan  merasa puas dalam mengelola waktu serta keterlibatan psikologis mereka dalam kehidupan kerja dan kehidupan pribadi (seperti dalam hubungan dengan pasangan, orang tua, keluarga, teman dan anggota masyarakat) serta minimnya konflik kedua peran tersebut (Wijaya Y, 2020).
Keseimbangan hidup merupakan faktor penting, untuk menjaga kualitas hidup yang seimbang berhubungan dengan keluarganya dan seimbang dalam pekerjaan. Menurut Hill et.all (2014) secara umum dikaitkan dengan titik keseimbangan atau usaha untuk  menjaga berbagai peran yang dijalani agar tetap selaras, serta memberikan kepuasan individu dalam mencapai keseimbangan dalam pekerjaannya. Tasnim, Hoss ain, dan Enam menyebutkan bahwa kondisi di mana seseorang dapat membagi  peran serta kepuasan dalam menjalani yang terlihat dari rendahnya tingkat konflik pekerjaan-keluarga ketika tuntutan kerja menimbulkan masalah dalam memenuhi tuntutan kehidupan keluarga (Pratiwi 2021)
Keseimbangan kerja adalah kondisi di mana seseorang dapat membagi waktu dan perhatiannya secara seimbang antara pekerjaan dan kehidupan pribadi atau keluarga. Keseimbangan kerja sangat penting karena tuntutan untuk sukses dalam karier serta pemenuhan kewajiban keluarga dan kehidupan sosial dapat saling bertentangan (Irawanto, dkk, 2021).
    Kurangnya keseimbangan  pekerjaan dan kehidupan pribadi dapat menyebabkan stres, kelelahan, konflik peran, dan dampak negatif lainnya terhadap kesejahteraan individu (Dennira & Ekowati, 2020). Kekurangan keseimbangan ini dapat berdampak negatif pada produktivitas, motivasi, retensi, dan pengembangan bakat karyawan (Hardy et al., 2020). Oleh karena itu, penting bagi lembaga seperti API Banyuwangi untuk menyadari pentingnya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi serta mendukung keseimbangan tersebut. Dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan dan pengelolaan bakat. (Cahyani, & Emilisa)..