Mohon tunggu...
Gevira Azizah Az Zahra
Gevira Azizah Az Zahra Mohon Tunggu... Freelancer - Follow Your Dream

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kegigihan Sang Penulis

24 Februari 2021   06:47 Diperbarui: 24 Februari 2021   06:55 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Joanne, ayah menghubungimu untuk memberitahumu soal ibu nak".

"Ibu? Ada apa dengan ibu, yah? Apakah keadaan ibu sudah membaik? Dia baik-baik saja kan?" tanya Joanne bertubi-tubi.

"Ibu sudah tidak ada Joanne. Ibu meninggal". Ayahnya berkata sambil meneteskan air matanya.

Deg! Seketika Joanne merasakan sesak di dadanya. Ia menjatuhkan telpon yang ia genggam. Joanne tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Halo? Joanne? Halo?", ucap ayahnya saat tak ada balasan dari Joanne.

"Aku salah dengarkan yah? Ibu masih hidup kan? Ibu ga mungkin meninggalkan yah?" sahut Joanne yang tidak ingin percaya dengan apa yang ia dengar tadi.

"Tidak Joanne, Ibumu sudah meninggal. Kau tidak salah Joanne, datanglah kesini. Lihatlah ibu mu untuk terakhir kalinya" kata ayahnya sambil berusaha untuk tegar.

Setelah mendengar itu Joanne meneteskan air mata. Ia tidak percaya ibunya pergi secepat itu . Joanne tahu ibunya mempunyai penyakit komplikasi multiple sclerosis di umur 45 tahun meninggal. Tapi ia tidak menyangka bahwa ibunya akan meninggal secepat itu.

Setelah kepergian ibunya, ia terus merasa sedih. Terlepas dari trauma karena kehilangan sang ibu di usia yang terbilang masih muda, Joanne agak menyesal karena ibunya tidak pernah tahu bahwa Joanne menulis sebuah novel. Ibunya memang tahu bahwa Joanne memiliki ambisi untuk menulis, tapi Joanne tidak pernah bercerita pada sang ibu tentang apa yang sedang ia tulis.

"Ibu maafkan aku, aku tidak memberitahu ibu tentang apa yang sedang aku lakukan beberapa waktu ini. Andai ibu tahu, ibu pasti senang sekali mendengarnya", Joanne mengucapkan kata-kata itu sambil meneteskan air mata. Dalam matanya terlihat penyesalan.

Joanne selalu teringat ibunya hampir setiap hari. Ia sangat merindukan ibunya, dimana dulu ibunya selalu mendengarkan cerita ataupun keluh kesah yang dialami Joanne. Kehilangan ibunya mendorong Joanne untuk mengintegrasikan tema kematian dalam novel yang sedang ia garap. Ia membubuhkan kematian orang tua sang pemeran utama di dalam novelnya, dan juga menambahkan satu sosok yang terus menghantui sang pemeran utama tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun