Dug Dug Dug Sreek Srek Srek..
Ah. Itu pasti dia.
Dan benar saja, dalam hitungan menit setelah telingaku menangkap suara langkahnya, gadis itu telah berdiri di hadapanku. Sorot matanya lelah. Kulihat ada yang tak biasa pada wajahnya. Ia terlihat sangat kacau, tidak ceria seperti biasanya. Kenapa?
Ia hanya tersenyum sambil berjongkok dan membelaiku. Aku segera berputar-putar mencari tempat yang nyaman di antara sela-sela kakinya kemudian merebahkan diri. Saat aku mendongak, ada gumpalan-gumpalan air yang berjatuhan dari matanya.
"Bogel," katanya dengan suara yang berbeda dari biasanya. Suara yang agak serak, mungkin tenggorokannya banyak dahak sepertiku. Tangan kiri gadis itu mengusap air yang jatuh dari matanya. Bibirnya melengkung ke atas, tidak melengkung ke bawah seperti biasanya. Bahkan giginya yang rapi berderet-deret itu juga tak nampak.
"Aku ingin menjadi kucing." Katanya meredam hingar bingar malam.
Kucing? Makanan apalagi itu?
Sinta kembali menjatuhkan air dari matanya. Kali ini lebih banyak, membasahi sedikit bulu-buluku. Aku diam saja, memejamkan mata dan menikmati belaian Sinta yang membuatku mendengkur dan perlahan tertidur.
Purworejo, 13 November 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H