"Kamu ini memang bodoh, ya. Mau seribu orang mati karena kau sumpahi, tidak akan membuat masuk penjara. Undang-Undang kita tidak mengatur hukuman untuk orang yang menyumpahi orang lain mati. Lebih baik kau pulang sekarang. Nikmati hari-hari damaimu karena Rangga Codet sudah masuk ke lobang kubur."
"Apa Bapak sedang bercanda?"
"Tidak. Saya sudah telanjur minder beradu lawakan denganmu. Cepat pergi sebelum saya berubah pikiran!" perintah petugas Suseno.
"Terima kasih, Pak," ucap pemuda itu dengan penuh kebahagiaan. Tangan petugas Suseno diciumi sebelum pemuda itu pergi.
"Tunggu sebentar," kata petugas Suseno. Ia mengambil sesuatu dari laci mejanya. "Kalau kamu mau orang-orang kecil sepertimu hidup tenang di negara ini, kau bisa sumpahi orang ini agar cepat mati," lanjutnya sambil menunjuk sebuah wajah di halaman koran. Pemuda itu tidak menjawab, kemudian menghilang dari balik pintu.
Petugas Suseno masih tetap di tempat duduknya, menunggu sampai rokok di tangannya habis sempurna. Pada halaman kertas yang sudah sebagian terisi itu, petugas Suseno melanjutkan menulis: orang-orang yang diberi kekuatan harusnya berpikir dua kali sebelum menindas orang lemah, karena mereka bisa balik melawan dengan doanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H