Mohon tunggu...
Niko Nababan
Niko Nababan Mohon Tunggu... Guru - Manusia biasa yang berproses menjadi seorang guru

Temukan saya di: http://nikonababan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

"Jakarta Merdeka, Sebatas Wacana-kah?"

9 November 2017   02:02 Diperbarui: 9 November 2017   10:09 1358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bus Trans Jakarta - Sumber: http://jagoaninternet.com/436-2/

Apakah Jakarta Sudah Merdeka ?

Pada suatu hari saya berbincang-bincang dengan salah seorang warga Tangerang Selatan yang bekerja di ibukota, beliau merupakan salah seorang pegawai di salah satu perusahaan di wilayah Jakarta Selatan. 

"Enak yah pak kerja di Jakarta. Jalanannya bagus, rapi dan bersih, transportasi lengkap, orang-orangnya juga ramah dan disiplin. Saya bakal betah pak kalau kerja di Jakarta, merdeka rasanya."

"Siapa bilang Jakarta sudah merdeka ? balasnya. Jakarta itu merdeka jika yang namanya kemacetan itu bisa diusir dek. Setiap hari saya harus pergi lebih awal ke kantor agar tidak terkena macet, sekali saja saya tidak disiplin waktu maka kemacetan bonusnya, begitulah dia memaparkan"

Kemacetan adalah Takdir Ibukota ?

Tibalah pada saat saya hendak membeli peralatan penelitian di salah satu mall di kawasan Jakarta Pusat. Kemacetan ibukota yang selama ini hanya saya saksikan di layar televisi, kesampaian juga saya mencicipinya. Dari kaca mobil, saya melihat deretan kendaraan pribadi berjejer hingga ujungnya pun tidak kelihatan. Awalnya saya merasa biasa saja, namun lama kelamaan saya mulai naik pitam. Bagaimana tidak, hampir satu jam kendaraan yang saya naiki hanya bergeser sekitar 100 meter. Sebagai pendatang dari kota Medan saya mulai emosi dibuatnya. Ingin rasanya menerobos jalan, namun sayang jalan yang mau diterobos pun  tidak ada. Saya berpikir jika hal ini terjadi di kota Medan, mungkin para pengendara akan menerobos lewat udara mengingat pengendara kota Medan ahlinya dalam terobosan. Untungnya para pengemudi di ibukota terbilang tertib dan rapi, bahkan di tengah kemacetan sendiri sangat jarang terdengar suara klakson kendaraan. Berbeda dengan di kota Medan, dimana para pengemudi paling hobi pamer klakson disaat terjebak kemacetan. 

Kesabaran saya pun sudah mulai habis, saat cuaca yang panas, sumpek, ditambah lagi perut dalam keadaan lapar, membuat level kesabaran saya mendekati angka nol. Ingin rasanya saya turun dan berjalan kaki hingga ke tempat tujuan. Bayangkan saja, waktu tempuh seharusnya, yang sudah saya perhitungkan menggunakan rumus fisika meleset jauh dari perkiraan, bahkan jika diralatkan mungkin bisa mencapai 300%. Keingginan saya untuk mencari pekerjaan di ibukota setelah lulus nanti mulai saya kaburkan. Bagi saya maupun anak medan lain pada umumnya, kemacetan seperti ini pastinya akan mempengaruhi banyak hal, mengingat tingkat kesabaran dan pola pikir orang medan yang sangat berbeda dengan warga jakarta.

Keadaan Kota Jakarta Kedepannya

Sejatinya saya tidak tau bagaimakah keadaan psikologis warga jakarta menghadapi situasi seperti ini. Namun dari pengalaman saya beberapa bulan di Jakarta, sedikit banyaknya kemacetan sudah menjadi penyakit kronis yang belum ada obatnya. 

"Pantas saja beliau berkata demikian, saya teringat perkataan seorang bapak yang pernah berbincang dengan saya pada tempo hari"

Dari situlah saya membenarkan bahwa Jakarta belum merdeka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun