Dalam dunia modern yang serba cepat ini, banyak orang merasa terjebak dalam rutinitas yang monoton, dihadapkan dengan dilema
eksistensial, dan kebingungan akan makna hidup. Fenomena ini menggambarkan dengan jelas banyak konsep pemikiran filosofis,
terutama filsafat Nietzsche, yang mengajarkan pentingnya menerima tantangan kehidupan, menciptakan nilai-nilai baru, dan hidup
dengan keberanian serta kebebasan. Mari kita lihat bagaimana beberapa konsep besar dalam pemikiran Friedrich Nietzsche—seperti
Der Willezur Macht (Kehendak untuk Berkuasa), Übermensch (Manusia Unggul), Nihilismus (Nihilisme), Der Gott Is Tott (Tuhan Sudah
Mati), dan Die ewige Wiederkehr des Gleichen (Kembalinya yang sama Selamanya)—dapat diterapkan dalam menghadapi peristiwa dan
tantangan kehidupan modern.
1. Kehendak untuk Berkuasa: Mengaktualisasi Diri
Di era globalisasi, Nietzsche mengajarkan bahwa hidup bukan sekadar bertahan, melainkan tentang melampaui batasan diri dan
mengaktualisasi potensi. Konsep Kehendak untuk Berkuasa (Der Wille zur Macht) menggambarkan dorongan mendalam dalam setiap
individu untuk berkembang dan mengatasi tantangan hidup.
Di dunia modern, dorongan ini terlihat dalam upaya individu untuk mengembangkan diri, menciptakan inovasi, atau mencapai tujuan
pribadi yang bermakna. Misalnya, dalam bidang karier, banyak orang yang berusaha melampaui pekerjaan konvensional untuk
menciptakan usaha atau karya yang mencerminkan kemampuan dan potensi terbaik mereka. Pengusaha, seniman, atau ilmuwan yang
mendorong batas-batas pengetahuan dan kreativitas adalah contoh penerapan konsep kehendak untuk berkuasa dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Übermensch: Melampaui Batas Tradisional
Salah satu gagasan besar dalam filsafat Nietzsche adalah konsep Übermensch, atau Manusia Unggul—seorang individu yang melampaui
nilai-nilai tradisional dan menciptakan nilai-nilai baru berdasarkan kebebasan dan kreativitas. Dalam dunia modern, konsep ini bisa
dihubungkan dengan individu yang berani melawan norma-norma sosial atau moralitas yang usang, dan yang memilih untuk hidup
sesuai dengan kehendaknya sendiri.
Seorang Übermensch tidak terikat oleh nilai-nilai moral tradisional, seperti moralitas yang diajarkan oleh agama atau norma sosial yang
berlaku. Mereka adalah individu yang berani mengeksplorasi hidup secara penuh dan menciptakan tujuan hidup yang unik dan otentik.
Dalam praktiknya, ini bisa dilihat dalam tokoh-tokoh yang memimpin perubahan besar di masyarakat, seperti pemimpin politik yang
menantang status quo, atau para inovator yang memperkenalkan teknologi baru yang mengubah cara hidup kita.
3. Nihilisme: Kehampaan dan Kesempatan Baru
Namun, di tengah pencapaian dan upaya melampaui batas diri, banyak individu juga mengalami nihilisme, perasaan bahwa hidup ini
tidak memiliki makna atau tujuan yang tetap. Fenomena ini sering muncul dalam masyarakat modern di mana nilai-nilai tradisional
mulai runtuh, dan banyak orang merasa kehilangan arah. Nietzsche menyebut kondisi ini sebagai “kematian Tuhan” (Der Gott ist tot),
yang menandakan bahwa nilai-nilai agama dan moralitas tradisional tidak lagi memberikan pegangan yang jelas dalam kehidupan.
4. Kembali yang Sama Selamanya: Hidup dengan Penerimaan
Konsep Die ewige Wiederkehr des Gleichen atau "Kembalinya yang Sama Selamanya" merupakan gagasan radikal dalam filsafat
Nietzsche. Menurut Nietzsche, kita harus hidup seolah-olah setiap peristiwa dalam hidup kita akan terulang secara tak terhindarkan,
selamanya. Dalam dunia modern, ini mengajak kita untuk mempertanyakan pilihan-pilihan hidup yang kita buat. Jika hidup kita benar
benar akan terulang tanpa perubahan, apakah kita akan merasa puas dengan cara kita menjalani hidup saat ini? Apakah kita akan
menyesali keputusan yang kita buat, atau apakah kita akan merasa bangga dengan hidup yang kita pilih? Die ewige Wiederkehr des
Gleichen (Kembalinya yang sama selamanya) mengajak kita untuk menghadapi hidup dengan penerimaan yang mendalam terhadap
takdir kita dan untuk hidup dengan cara yang kita rasa akan memberikan kepuasan abadi.
5. Kematian Tuhan: Membangun Nilai Baru
Dalam masyarakat modern yang semakin sekuler dan plural, kita dapat melihat pengaruh kematian Tuhan dalam cara kita melihat
moralitas dan agama. Dalam kehidupan sosial kita saat ini, banyak orang yang mencari makna hidup melalui pencarian spiritual yang
lebih personal dan otentik, seringkali jauh dari ajaran agama tradisional. Nietzsche memandang ini sebagai kesempatan bagi individu
untuk menciptakan nilai-nilai yang lebih sesuai dengan dirinya sendiri dan dengan tantangan zaman yang terus berubah. Dengan
demikian, kematian Tuhan bukanlah sebuah tragedi, tetapi kesempatan untuk merumuskan kembali apa yang benar-benar berarti
dalam hidup kita.
Pemikiran Nietzsche tentang Kehendak untuk Berkuasa, Übermensch, Nihilisme, Kembali yang sama selamanya dan kematian Tuhan
memberikan wawasan yang mendalam dalam menghadapi tantangan hidup di era modern. Nietzsche mengajak kita untuk menerima
kehidupan dengan segala keterbatasan dan ketidakpastiannya, untuk menciptakan nilai-nilai baru yang lebih otentik, dan untuk hidup
dengan keberanian dan kebebasan. Dalam dunia yang terus berubah ini, kita dapat mengambil inspirasi dari filsafat Nietzsche untuk
menjadikan kehidupan kita lebih bermakna, penuh gairah, dan penuh dengan pencapaian pribadi yang mencerminkan potensi terbaik
kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H