Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa persatuan bagi bangsa Indonesia. Sejak dideklarasikan pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, Bahasa Indonesia telah menjadi pemersatu bangsa multikultur yang memiliki 707 bahasa daerah ini.Â
Di tingkat global, Bahasa Indonesia memang belum menjadi bahasa internasional yang digunakan dalam forum-forum resmi dunia seperti halnya Bahasa Inggris, Bahasa Spanyol atau Bahasa Perancis. Meskipun demikian, minat orang luar negeri dalam mempelajari Bahasa Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam dua dekade terakhir.Â
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) pada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang merupakan salah satu unit di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat 251 lembaga di 22 negara yang aktif menyelenggarakan program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) pada tahun 2016 lalu. Jumlah tersebut tidak termasuk yayasan, sekolah dan universitas yang membuka kelas Bahasa Indonesia secara swadaya atau di luar kerjasama dengan PPSDK.
Orang-orang luar negeri yang mempelajari Bahasa Indonesia berasal dari berbagai kalangan usia dan pekerjaan serta dilandasi oleh tujuan yang berbeda-beda. Seperti halnya orang Indonesia yang mempelajari bahasa asing, tentu ada banyak pengalaman unik yang dialami oleh orang luar negeri ketika mereka mendalami Bahasa Indonesia. Berbekal rasa penasaran untuk mengetahui hal tersebut, penulis melakukan wawancara tertulis dengan enam orang luar negeri yang telah dan sedang belajar Bahasa Indonesia.Â
Tiga orang diantaranya adalah pemenang Lomba Pidato Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing yang diselenggarakan oleh kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2016 yaitu Amy Brueck (Amerika Serikat), Taiki Fujita (Jepang) dan Christoph Bracks (Jerman).Â
Tiga orang lainnya adalah peserta program Explore Indonesia untuk Siswa Berprestasi tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Andrew Howes (Australia), Ly Rita (Kamboja) dan Mohamed El-Fouly (Mesir).
Bersama dengan 36 orang pemenang lomba serupa dari negara-negara lainnya, Amy, Taiki dan Christoph diundang ke Indonesia untuk mengikuti Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-71 di Istana Merdeka dan berwisata budaya di Yogyakarta pada bulan Agustus lalu.Â
Sementara Andrew, Rita dan Fouly bersama 27 peserta lainnya dari 15 negara mendapat kesempatan untuk belajar budaya Indonesia selama dua minggu di Jakarta dan Yogyakarta. Mereka juga merasakan tinggal bersama keluarga Indonesia sebagai host family dan mengikuti kegiatan belajar-mengajar di sekolah menengah atas di Yogyakarta.
Berdasarkan wawancara tertulis tersebut, penulis menemukan sejumlah hal menarik dan beragam tentang proses belajar Bahasa Indonesia oleh orang luar negeri, sebagaimana dirangkum pada beberapa poin di bawah ini.
Awal Mula Berkenalan dengan Bahasa Indonesia
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Bahasa Indonesia diajarkan di beberapa institusi pendidikan di luar negeri dan menjadi salah satu pilihan kelas bahasa asing bagi siswa. Di Lyneham High School Australia yang setara dengan sekolah menengah pertama di Indonesia, Andrew harus menentukan satu bahasa asing yang akan dipelajari. Andrew akhirnya memilih Bahasa Indonesia daripada Bahasa Jepang atau Bahasa Perancis karena ia melihat bahwa pengajar Bahasa Indonesia di sekolahnya adalah guru yang pintar dan baik hati.Â
Hal serupa juga dilakukan oleh Christoph yang mengambil Bahasa Indonesia sebagai pilihan kelas bahasa asing selain Bahasa Arab ketika ia berkuliah tentang Kajian Islam di Universitas Koeln, Jerman. Pilihan lainnya adalah Bahasa Turki atau Bahasa Persia.
Sedangkan di Kamboja, Rita mengikuti kelas belajar Bahasa Indonesia untuk anak-anak warga negara Kamboja yang diselenggarakan oleh KBRI Phnom Penh secara gratis sejak tahun 2009 setelah didaftarkan oleh neneknya yang berteman baik dengan salah satu staf di kantor perwakilan RI tersebut.
Hal Pertama yang Dipelajari
Amy yang belajar Bahasa Indonesia dari temannya asal Indonesia yang tinggal di Philadelphia masih ingat tentang nama-nama hari dan kosakata untuk bagian-bagian tubuh sebagai hal pertama yang dia pelajari dalam Bahasa Indonesia. Sementara itu, Fouly diajarkan untuk memperkenalkan diri dengan Bahasa Indonesia sebagai permulaan. Hal itu membantunya menghafalkan beberapa kata Bahasa Indonesia yang sifatnya dasar.
Hal yang unik dialami oleh Christoph yang mendapat tugas praktik pertama berbicara Bahasa Indonesia berupa bermain peran sebagai pembeli di pasar dan melakukan tawar-menawar dengan penjual. Praktek serupa tapi tak sama juga dilakukan oleh Rita yang terkesan dengan pelajaran menyanyi lagu anak-anak berbahasa Indonesia di kursusnya.
Mudahnya Belajar Bahasa Indonesia
Menurut Taiki, Bahasa Indonesia lebih mudah dipelajari daripada Bahasa Inggris karena tidak ada aturan perbedaan kata kerja berdasarkan keterangan waktu (tenses). Hal ini juga diamini oleh Amy dan Fouly.Â
Sebagai tambahan, Amy berpendapat bahwa kata-kata dalam Bahasa Indonesia tidak sulit untuk diucapkan karena sesuai dengan apa yang tertulis. Selain itu, Amy yang merupakan lulusan dari Temple University di Philadelphia ini senang dengan percakapan dalam Bahasa Indonesia yang menurutnya terdengar unik dan keren.
Andrew yang berasal dari Canberra menilai Bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa yang mudah dipelajari oleh orang Australia karena struktur Bahasa Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan struktur Bahasa Inggris. Terlebih lagi, Bahasa Indonesia  menggunakan alfabet yang sama dengan Bahasa Inggris sehingga ia tidak perlu harus menghafalkan karakter-karakter seperti pada Bahasa Jepang atau Bahasa Cina.
Walaupun secara umum dinilai mudah, namun bukan berarti tidak ada kesulitan yang ditemui oleh orang luar negeri ketika belajar Bahasa Indonesia. Hal yang paling dianggap susah adalah memahami penggunaan slang words oleh orang Indonesia dalam percakapan sehari-hari.Â
Mereka menemukan fakta bahwa dalam keseharian di Indonesia, sebagian besar orang Indonesia tidak menggunakan bahasa baku dan formal seperti yang umumnya mereka pelajari di kelas. Ini tentu menjadi tambahan pelajaran karena slang words pun sifatnya dinamis dan berubah-ubah.Â
Christoph memberi contoh bagaimana ia harus mempelajari tentang penggunaan kata yang sesuai dengan konteks dan lawan bicara seperti misalnya kapan harus menggunakan ‘untuk’ atau ‘buat’ dan ‘saya’, ‘aku’ atau ‘gue’. Di sisi lain, Amy yang kini punya banyak teman di media sosial dari Indonesia juga terkadang sulit memahami kalimat dalam Bahasa Indonesia yang sering disingkat-singkat oleh temannya ketika berkomunikasi melalui Facebook.
Selain slang words, pembelajaran Bahasa Indonesia secara baku pun juga menyimpan kesulitan tersendiri bagi beberapa orang. Fouly menilai bahwa penggunaan imbuhan (ber-, me-, di-) dan akhiran (-an, -kan, -i) adalah hal yang menantang untuk dipahami karena imbuhan yang berbeda bisa mengubah makna kalimat secara signifikan.Â
Sementara itu, Andrew melihat bahwa kondisi demografis Indonesia yang terdiri dari berbagai suku yang punya bahasa dan budaya berbeda-beda memberikan pengaruh pada Bahasa Indonesia. Hal ini mungkin erat kaitannya dengan adanya banyak kata serapan baru dari bahasa daerah ke Bahasa Indonesia yang jumlahnya makin bertambah dari tahun ke tahun.
Terus Berlatih Berbicara agar Tidak Lupa
Kita sering mendengar pernyataan bahwa kemampuan berbahasa asing akan cepat hilang jika tidak aktif digunakan. Hal ini juga menjadi perhatian bagi orang-orang luar negeri yang mempelajari Bahasa Indonesia. Mereka secara rutin melatih keahlian berbicara Bahasa Indonesia dengan orang lain.Â
Kebanyakan dari mereka melakukannya bersama teman-teman yang berasal dari Indonesia seperti Fouly yang berkawan dengan banyak mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo atau Christoph yang melalui kegiatan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di kotanya berhasil bertemu dengan seorang sahabat dari Indonesia yang kini sudah dianggap seperti seorang kakak.
Kedekatan geografis antara Indonesia dengan Australia disyukuri oleh Andrew karena dia tidak perlu menempuh jarak yang terlampau jauh untuk berkunjung ke Indonesia dan bisa mempraktikkan berbicara Bahasa Indonesia dengan orang-orang Indonesia secara langsung.Â
Kisah lain dituturkan oleh Rita yang bisa bercakap-cakap dalam Bahasa Indonesia dengan lancar karena ia aktif bergaul dengan banyak orang Indonesia di berbagai acara yang diselenggarakan oleh KBRI Phnom Penh. Gadis yang juga mahir menari beberapa tarian tradisional dari Indonesia ini senang karena punya guru dan teman-teman yang baik dan sangat membantunya menguasai Bahasa Indonesia dengan cepat.
Dalam mempelajari Bahasa Indonesia, mereka tidak cukup apabila hanya berkutat pada buku-buku saja. Mereka juga perlu mendalami bagaimana Bahasa Indonesia dituturkan melalui lagu dan film. Hal ini membantu mereka mengetahui gaya bicara Bahasa Indonesia yang sifatnya populer dan gaul.Â
Amy suka mendengarkan lagu-lagu dari Sheila on 7, Slank dan Iwan Fals, sedangkan penyanyi favorit yang lagunya sering didengar oleh Fouly adalah Tulus. Pertemanan Rita dengan banyak orang Indonesia yang tinggal di Kamboja juga membuatnya cepat familiar dengan lagu-lagu yang sedang hits di Indonesia. Dua dari beberapa lagu favoritnya adalah ‘Pergi Untuk Kembali’ oleh Ello dan ‘Cinta Datang Terlambat’ oleh Maudy Ayunda.
Ketika ditanya tentang film Indonesia yang pernah ditonton, Amy menyebutkan setidaknya ada dua film yang berkesan yaitu ‘Ada Apa Dengan Cinta’ dan ‘Ayat-ayat Cinta’. Fouly menyukai film ‘Habibie Ainun’ yang menceritakan tentang kisah hidup presiden Indonesia yang ke-3 itu. Sementara Taiki banyak menonton film kartun Doraemon yang sudah dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia melalui Youtube.
Memandang Bahasa Indonesia untuk Masa Depan
Saat dimintai pendapat mengenai pengaruh kemampuan berbahasa Indonesia bagi masa depan mereka, ada banyak jawaban yang dikemukakan. Pada tahun ini, Amy akan bekerja menjadi guru Bahasa Inggris di Yogyakarta dan ia berpendapat bahwa kemampuannya berbahasa Indonesia dengan baik sangat penting untuk membangun hubungan yang bagus dengan komunitas sekolah, keluarga siswa dan guru-guru lain nantinya. Selain itu, Amy yang juga fasih berbahasa Spanyol ini berencana mengembangkan karir sebagai penerjemah Bahasa Indonesia - Bahasa Inggris di masa depan.Â
Bahasa Indonesia juga menjadi bagian dari rencana hidup Rita yang yakin bahwa kemampuannya ini akan meningkatkan peluangnya mendapatkan pekerjaan yang baik di Kamboja atau bahkan di Indonesia. Rita ingin suatu saat nanti bisa bekerja sebagai salah satu staf di KBRI Phnom Penh.
Tidak hanya berhenti pada penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia saja, Christoph dan Taiki ingin agar mereka dapat membantu orang-orang yang tertarik pada Indonesia khususnya di bidang bahasa dan budaya. Saat ini Christoph telah menjadi pengajar Bahasa Indonesia di Jerman sementara Taiki bersama temannya dari Indonesia sedang mengembangkan situs web yang bertujuan untuk membantu orang Jepang yang punya minat untuk belajar tentang Indonesia yaitu https://japanesia.net/
Tanpa banyak disadari oleh orang Indonesia sendiri, Bahasa Indonesia telah mendapatkan perhatian yang luas di luar negeri. Semakin banyak orang luar negeri yang tertarik belajar Bahasa Indonesia dengan segala kemudahan dan kesulitan yang ada. Sebagai bangsa Indonesia, kita tentu berkewajiban untuk terus menjaga dan mengembangkan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu yang mampu menembus sekat-sekat perbedaan di negara multikultur ini. Ayo bangga berbahasa Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H