Mohon tunggu...
iGenst
iGenst Mohon Tunggu... Guru - Ion Genesis Situmorang

Hanya seseorang yang belajar menulis dari kegalauan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hanya Bisa Berkata, "Terima Kasih, Pak" kepada Presiden

29 November 2017   17:18 Diperbarui: 29 November 2017   21:15 2886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diberikan kesempatan bersua foto dengan Presiden | sumber: dok. Pribadi

Sabtu, 25 Nopember 2017, bertepatan dengan peringatan Hari Guru Nasional (HGN) saya dipanggil oleh kepala sekolah sesaat sebelum upacara pengibaran bendera dalam memeringati Hari Guru Nasional. Kepala sekolah memerintahkan saya untuk membawa siswa 400 orang untuk disiapkan dalam menyambut kedatangan Presiden RI Joko Widodo di Kota Pematangsiantar pada tanggal 27 Nopember 2017.

***

27 Nopember 2017

Singkatnya, seluruh siswa antusias untuk bisa melihat Presiden secara langsung. Alhasil, keseluruhan penghuni sekolah berangkat menuju Makobrimob di Kota Pematangsiantar. Saya memilih ikut berjalan kaki dengan siswa ke Makobrimob tempat pendaratan helikopter yang ditumpangi Presiden, dimana lokasi tersebut berjarak 3-4 km dari sekolah.

Sesampainya di lokasi, ternyata banyak siswa dari sekolah lain juga telah hadir di sana. Setelah menunggu sekitar 30 menit di lokasi, helikopter yang digunakan Presiden akhirnya muncul. Sontak masyarakat (diantaranya para siswa dan guru) berteriak keras memanggil nama Presiden seraya mengibarkan bendera kecil yang telah dipersiapkan dari sekolah.

Seusai mendarat, Presiden Jokowi menyempatkan diri untuk menyapa masyarakat yang berada di pinggiran pagar Makobrimob tersebut. Serasa cukup, Beliau menaiki mobil dengan plat polisi "Indonesia 1" untuk segera menuju Lapangan Adam Malik sebagai agenda kerja Presiden di Kota Pematangsiantar dalam rangka pembagian sertifikat tanah warga Sumatera Utara. 

Sesaat kendaraan Presiden melewati gerbang Makobrimob, rombongan Presiden berhenti. Bapak Presiden Joko Widodo turun dari mobilnya dan seketika masyarakat (siswa dan guru dari sekolah kami) berebutan untuk bisa sekedar berjabat tangan dengan beliau. Suasanapun spontan menjadi sangat riuh akibat antusia warga yang berdorong-dorongan untuk bisa bersentuhan dengan beliau. Seketika itu juga Paspampres melakukan pengamanan dengan sangat ketat.

Walau tidak dapat berjabat tangan dengan beliau, saya merasa cukup bahagia karena bisa bertemu dengan Presiden dengan jarak yang cukup dekat (sekitar 2-3 meter). 

Sangat berbeda dengan apa yang saya lihat di televisi. Beliau kelihatan bercahaya, bersahaja, dan tidak sekurus seperti di televisi. Pertemuan yang menyenangkan.

Setalah beberapa saat menyapa rakyatnya, Bapak Presiden melanjutkan perjalannannya menuju tempat acara sesuai agenda beliau di Kota Pematangsiantar. Kami (saya dan teman-teman guru) saling bertukar cerita akan pengalaman yang sangat jarang dialami oleh masyarakat Sumatera Utara. Ternyata pemikiran kami sama, bahwa Presiden terlihat berbeda ketika dilihat secara langsung dibandingkan dengan yang ada di siaran televisi.

Cukup lama setelah kepergian Presiden dari Makobrimob, kami masih terus bertukar cerita. Ada beberapa teman yang berhasil berjabat tangan dengan beliau dan mendapatkan souvenir dari beliau. Ini membuat saya hanya terdiam kecut. Rasanya kurang ketika tidak bersentuhan dengan beliau.

Bahkan cerita kami tentang perjumpaan dengan Presiden terus berlangsung ketika kami memutuskan makan bersama di salah satu rumah makan yang lokasinya dekat dengan lokasi kedatangan Pesiden. Alhasil, cerita di meja makan ini semakin menambah rasa kecut karena tidak berhasil berjabat tangan dengan Presiden.

Seusai pulang makan, saya menompang  dengan teman untuk menjemput kendaraan yang saya tinggalkan di sekolah. Ketika perjalanan menuju sekolah, lalu lintas Jl. Medan (nama jalan di Kota Pematangsiantar) padat merayap, sesekali jalan ditutup. Ternyata Bapak Presiden sedang makan di salah satu rumah makan di sekitar jalan tersebut. Hal ini menghambat perjalanan kami untuk bisa menjemput kendaraan yang saya tinggalkan di sekolah. Kemudian kami sepakat untuk parkir dan mendekat ke rumah makan tersebut sekedar untuk melihat situasi keramaian masyarakat yang kembali menunggu untuk bisa bertemu langsung dengan presiden.

Sekitar pukul 15.00-16.00 WIB, Bapak Presiden selesai makan dan melaksanakan sholat di tempat yang telah disediakan. Kemudian beliau keluar dan memenuhi ajakan foto bersama dengan Pramusaji  dan pemilik rumah makan tersebut. Setelah itu, Presiden segera memasuki mobilnya, namun masyarakat kembali berteriak memanggil-manggil namanya dan berharap Presiden mau menyapa mereka. Akhirnya, Presiden mengurungkan niatnya naik ke mobil dan menunjuk orang yang diizinkan untuk bisa berswafoto dengan beliau.

Hal ini kembali membuat Paspampres kerja berat karena orang-orang yang tidak ditunjuk juga berusaha menerobos  barisan pengamanan. Namun, keadaan masih bisa dikendalikan oleh pasukan pengamanan presiden tersebut.

Histeris..itulah yang tampak dari orang yang mendapat panggilan dari Presiden untuk berfoto sama.

Tepat disamping saya ada seorang ibu membawa anaknya berbincang dengan salah satu Paspampres. 

"Pak, anak saya ingin  sekali bertemu dengan Pak Presiden, tolong izinkan kami Pak." Mohon ibu tersebut.

"Maaf Bu, kalau tidak ditunjuk dan dipanggil Presiden, kami tidak bisa biarkan ibu mendekat." Jawab Paspampees tersebut.

Setelah berswaoto dengan orang yang ditunjuknya, Bapak Presiden kembali mencari-cari orang yang akan diberikannya kesempatan untuk foto bersama dengan beliau. 

Seketika itu saya berteriak, "Pak Jokowi..!!"

Entah karena teriakan saya, atau kebetulan saya mengenakan batik, atau entah apalah, saya ditunjuk dan dipanggil Presiden untuk berkesempatan berfoto bersama dengan beliau.

Kemudian saya dibukakan jalan oleh Paspampres untuk boleh berdekatan langsung dengan beliau dan berjabat tangan dengannya tanpa harus berdesak-desakan.

"Terima kasih Pak. Terima kasih." Hanya kata-kata itu yang terlontarkan dari mulut saya seraya mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan beliau. Saya speechless, dan tidak tahu berkata apa-apa, bahkan saya tidak ingat untuk memperkenalkan diri. 

Tiba-tiba lamunan kekaguman  saya dibuyarkan oleh salah satu Paspampres yang berkata, "Siapkan kameranya, Pak." Spontan saya tersadar dan mengeluarkan gadget saya dan memberikannya kepada Paspampres tersebut agar difotokan bersama dengan Presiden.

Setelah berfoto, saya dibebaskan oleh Paspampres (dalam artian tidak disuruh pergi atau dikembalikan ke kerumunan masyarakat). Saya diizinkan berada disekitaran Presiden, dan lagi-lagi saya tidak tahu hendak berbuat apa. Saya hanya bertepuk tangan sendirian seraya memandangi beliau untuk menaiki mobilnya dan melanjutkan perjalanan via darat menunu Bandar Udara Kualanamu, Deli Serdang.

Pengalaman yang tidak terbayangkan oleh saya.

***

Sekarang saya baru sadar, mengapa hanya kata terima kasih yang terucap. Sementara saya sering bersenda gurau dengan teman, kalau nanti ketemu Bapak Presiden, saya mau minta sepeda supaya bisa berolah raga dan menguruskan badan.

Namun, saya yakin, itulah isi hati  yang benar-benar muncul dalam pikiran saya. Kata yang menggambarkan kekaguman dan kebanggan atas sosok Presiden yang sangat Pancasilais dalam pandangan saya.

Terima kasih atas kerja, kerja, kerja yang telah Bapak tunjukkan. Terima kasih atas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang Bapak berikan. Terima kasih atas cinta yang Bapak sebarkan.

Sekali lagi, terima kasih Bapak Presiden RI Joko Widodo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun