Mohon tunggu...
Gendhis Kayana
Gendhis Kayana Mohon Tunggu... Lainnya - Alam, kopi, buku, budaya, kiddos

Bersyukur untuk setiap anugerah Mu

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menikmati Perjalanan Berkereta Api

27 Oktober 2024   14:30 Diperbarui: 27 Oktober 2024   14:34 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Ponorogo tahun 1970-1980 an, Sumber foto : Flickr, FB : Historia van Madioen

Lahir dan tumbuh besar di kota Madiun, kereta api telah menjadi bagian dalam hidup kami sehari-hari. 

Banyak cerita dan kegiatan kami sehari-hari yang tidak lepas dengan Kereta Api.

Bagaimana tidak, jalan-jalan utama dan strategis yang kami lewati semasa kecil dulu, semua dilalui juga oleh kereta api dan ada rel sepur-nya, begitu istilah kami.

Sebut saja, jalan Haji Agus Salim, dimana ada SMPN 2 dan Pasar Kawak (Pasar Lama).

Kemudian, jalan Trunojoyo, dimana ada Pasar Sleko dan tembus ke arah luar kota.

Sepur, atau Kereta seperti foto diataslah yang dulu sering kami lihat.

Kebetulan juga Nenek saya tinggal tepat di seberang Pasar Sleko, sehingga, saya hampir tiap hari dapat melihat kereta api yang lewat tiap hari. Paling senang kalau ada kereta yang akan membawa tebu lewat, wah...senang sekali. 

Bapak-bapak dan anak-anak laki-laki akan bersiap-siap untuk mencabuti batang tebu-tebu yang panjangnya hampir dua meter dan akan dibawa ke pabrik-pabrik gula yang ada di daerah Karesidenan Madiun. Barang tebu yang berhasil dicabut, akan disambut dengan sorak sorai dan itu untuk dinikmati bersama-sama.

Rumah Nenek kebetulan hanya terpisah dengan gang, yang namanya Gang Stasiun. Dulu di depan ada kantor stasiun Sleko, Pak Sep nama kepala stasiunnya, begitu kami memanggilnya. Beliau sangat baik dan ramah kepada semua orang, juga kepada keluarga Nenek saya.

Di Madiun juga ada INKA, Industri Kereta Api, dulu kami menyebutnya, pabrik sepur.

Cerita tentang kereta api yang ada di keluarga kami, juga adalah kereta api Mutiara Selatan, yang akan membawa kami sekeluarga pergi ke Bandung setiap kali kami menengok Nenek dari pihak Ibu. 

Masih segar di ingatan saya, senang sekali setiap kali akan ke Bandung, selalu berasa piknik. Ya, betul, piknik di atas kereta api. Bagaimana tidak, saya akan tidur di kereta dengan beralaskan selimut, dan Ibu saya, selain membawa tas berisi  pakaian, akan membawa juga keranjang, berisi makanan dan minuman untuk bekal kami di sepanjang perjalanan.

Saat saya mulai tumbuh dewasa dan memutuskan untuk kuliah di Jakarta. Kali ini, Kereta Api Bima, yang memberikan kenangan manis, yaitu setiap kali saat akan berangkat dari, dan tiba di Stasiun Madiun, dari dan kembali ke Jakarta, di Stasiun Gambir.

Stasiun Madiun adalah pecel, brem dan becak.

Stasiun Gambir adalah bapak-bapak yang akan bantu angkat tas bawaan dan sopir Bajaj yang akan membawa saya kembali ke kost-kost an.

Sambil menulis, saya saat ini tersenyum. Saya pikir, saya semula ingin ikut menulis topik pilihan ini, sekedar ikut menulis saja. Tak disangka, ternyata cukup banyak cerita dan kenangan dalam perjalanan hidup saya, berjalan dengan  Kereta Api Indonesia.

Lanjut...

Sejak kuliah di Jakarta, kadang kala, saya akan menengok Nenek yang tinggal di Bandung, dengan menggunakan Kereta Api Parahyangan. Selalu sangat senang menikmati pemandangan indah Tanah Pasundan, dari balik jendela kereta api.

Dulu saya sering takut setiap kali melalui terowongan Kiara Condong, namun juga senang, karena berarti sebentar lagi akan tiba di Bandung, dan akan tiba di Stasiun Bandung Lama, dari situ saya tinggal naik becak ke daerah Lengkong Besar.

Sejak tahun 2014, saya dikenalkan oleh sepupu saya dan rekan kerja saya, dengan Commuter Line. Awalnya terkejut sekali, ternyata perjalanan dengan Commuter Line sangat cepat, hemat waktu, juga biaya. Dari awalnya hanya seminggu sekali ke kantor naik kereta, akhirnya jadi setiap hari ke kantor dengan menggunakan kereta api, sehingga jarak tempuh dari Serpong ke Stasiun Palmerah yang hanya tigapuluh-an menit, membuat saya akhirnya menjadikan kereta api sebagai moda transportasi utama dalam kehidupan kami sekeluarga. Kendaraan pribadi, nyaris hanya kami gunakan untuk mengantarkan kami ke Stasiun atau ke Pasar, dan tempat-tempat di sekitar tempat tinggal kami.

Belum lama ini, kantor tempat saya bekerja, pindah lokasi, ke daerah Kota. Sekali lagi, kereta api menjadi solusi bagi saya dan teman-teman untuk tetap dapat berkarya dengan tiba tepat waktu dan nyaman.

Semula, saya cukup dag dig dug membayangkan kabar tentang penuh sesaknya Stasiun Transit Tanah Abang dan Stasiun Transit Manggarai.

Kini, setelah hampir, satu setengah bulan saya lalui, saya mulai menikmati diberikan kesempatan pengalaman rute perjalanan baru ini. Saya sangat menikmati dinamika dan pemandangan yang disuguhkan di sepanjang perjalanan, bahkan sering mendapatkan berkat untuk renungan pagi saya.

Sekilas Rel Kereta Api Menuju Stasiun Manggarai|dokpri
Sekilas Rel Kereta Api Menuju Stasiun Manggarai|dokpri

Salah satu sudut Stasiun Manggarai| dokpri 
Salah satu sudut Stasiun Manggarai| dokpri 
Bahkan pemandangan-pemandangan khas di kedua stasiun transit itu, kini menjadi bagian yang sangat memberi warna dalam keseharian saya.

Jadi teringat, suatu sore, sepulang kerja, di pertengahan bulan September yang lalu, saya bertemu dengan sepasang suami istri muda dari Perancis yang sedang berlibur di Indonesia, dan baru selesai jalan-jalan di Kota Tua, dan ingin kembali ke Sudirman dengan menggunakan kereta api. Terlihat mereka cukup menikmati perjalanannya, kami sempat ngobrol sejenak, dan mereka terus tertawa bahagia, meskipun berdesak-desakan di commuter line, mungkin ini menjadi petualangan baru untuk mereka, begitu saya sempat berpikir.

Nah, ini ada juga cerita terbaru, pagi tadi.

Kami akan ke Bintaro Fresh Market. Ini dia yang kami jumpai di perjalanan:

Dokpri|ceria bersama di kereta 
Dokpri|ceria bersama di kereta 
Keceriaan sebuah keluarga muda yang akan berakhir pekan ke Jakarta dari Rangkasbitung. 

Tak kalah menariknya, di kursi prioritas seberang, tampak Bapak-Bapak yang sudah berusia tujuhpuluh tahunan,  membawa sepeda lipat dari Karawaci akan ke Palmerah, bersepeda di GBK, menikmati hari Minggu.

Wah....wah..wah...luar biasa yaaa...

Ngomong-ngomong, kami sudah sampai di Bintaro Exchange Tunnel, yang ada di Stasiun Jurangmangu.

Stasiun Jurangmangu |dokpri
Stasiun Jurangmangu |dokpri

Cantik dan bagus ya...

Bangga rasanya berjalan disini, kini kita bisa punya juga stasiun yang tembus langsung ke pusat perbelanjaan seperti di negara tetangga. Bulan pertama saat dibuka untuk umum, saya langsung mengajak keluarga dan teman-teman, pamer...wah....

Saya sebagai pengguna kereta api hampir limapuluh tahun, telah menyaksikan banyak sekali perubahan dari jaman ke jaman, dan sangat dimudahkan dan menikmati perjalanan bersama Kereta Api Indonesia.

Terimakasih Kereta Api Indonesia, terus maju dan semangat berkarya, kiranya secuil cerita ini dapat memberikan gambaran betapa besarnya pengaruh kereta api dalam kehidupan masyarakat umum seperti saya.

Salam sukses dan semangat untuk Bapak Didik Hartantyo dan seluruh keluarga besar Kereta Api Indonesia.

Terimakasih Kompasiana telah menyediakan topik pilihan ini, yang telah membawa saya untuk kilas balik ke masa kecil dan juga masa kini.

Serpong, 27 Oktober 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun