Mohon tunggu...
Gendhis Kayana
Gendhis Kayana Mohon Tunggu... Lainnya - Alam, kopi, buku, budaya, kiddos

Bersyukur untuk setiap anugerah Mu

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menikmati Perjalanan Berkereta Api

27 Oktober 2024   14:30 Diperbarui: 31 Oktober 2024   09:48 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Ponorogo tahun 1970-1980 an, Sumber foto : Flickr, FB : Historia van Madioen

Masih segar di ingatan saya, senang sekali setiap kali akan ke Bandung, selalu berasa piknik. Ya, betul, piknik di atas kereta api. Bagaimana tidak, saya akan tidur di kereta dengan beralaskan selimut, dan Ibu saya, selain membawa tas berisi  pakaian, akan membawa juga keranjang, berisi makanan dan minuman untuk bekal kami di sepanjang perjalanan.

Saat saya mulai tumbuh dewasa dan memutuskan untuk kuliah di Jakarta. Kali ini, Kereta Api Bima, yang memberikan kenangan manis, yaitu setiap kali saat akan berangkat dari, dan tiba di Stasiun Madiun, dari dan kembali ke Jakarta, di Stasiun Gambir.

Stasiun Madiun adalah pecel, brem dan becak.

Baca juga :https://www.kompasiana.com/gendhis_kayana/6422ee094e5494320606cc42/rumah-budaya-madiun

Stasiun Gambir adalah bapak-bapak yang akan bantu angkat tas bawaan dan sopir Bajaj yang akan membawa saya kembali ke kost-kost an.

Sambil menulis, saya saat ini tersenyum. Saya pikir, saya semula ingin ikut menulis topik pilihan ini, sekedar ikut menulis saja. Tak disangka, ternyata cukup banyak cerita dan kenangan dalam perjalanan hidup saya, berjalan dengan  Kereta Api Indonesia.

Lanjut...

Sejak kuliah di Jakarta, kadang kala, saya akan menengok Nenek yang tinggal di Bandung, dengan menggunakan Kereta Api Parahyangan. Selalu sangat senang menikmati pemandangan indah Tanah Pasundan, dari balik jendela kereta api.

Dulu saya sering takut setiap kali melalui terowongan Kiara Condong, namun juga senang, karena berarti sebentar lagi akan tiba di Bandung, dan akan tiba di Stasiun Bandung Lama, dari situ saya tinggal naik becak ke daerah Lengkong Besar.

Sejak tahun 2014, saya dikenalkan oleh sepupu saya dan rekan kerja saya, dengan Commuter Line. Awalnya terkejut sekali, ternyata perjalanan dengan Commuter Line sangat cepat, hemat waktu, juga biaya. Dari awalnya hanya seminggu sekali ke kantor naik kereta, akhirnya jadi setiap hari ke kantor dengan menggunakan kereta api, sehingga jarak tempuh dari Serpong ke Stasiun Palmerah yang hanya tigapuluh-an menit, membuat saya akhirnya menjadikan kereta api sebagai moda transportasi utama dalam kehidupan kami sekeluarga. Kendaraan pribadi, nyaris hanya kami gunakan untuk mengantarkan kami ke Stasiun atau ke Pasar, dan tempat-tempat di sekitar tempat tinggal kami.

Belum lama ini, kantor tempat saya bekerja, pindah lokasi, ke daerah Kota. Sekali lagi, kereta api menjadi solusi bagi saya dan teman-teman untuk tetap dapat berkarya dengan tiba tepat waktu dan nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun