Mohon tunggu...
Genata Vidya Wardani
Genata Vidya Wardani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penjual bouquet berkedok guru :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Dealing with Bullying", Memaknai Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

9 Oktober 2023   15:00 Diperbarui: 9 Oktober 2023   15:09 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
x.com/mailradioshow

Genata Vidya Wardani

PPG Prajabatan 2023

Prodi Matematika

Universitas Katolik Widya Mandala

Akhir-akhir ini, banyak anak mengalami perundungan/bullying di sekolah yang sangat menyusahkan anak-anak dan mengkhawatirkan orang tua. Hal ini dapat berdampak pada pembelajaran di sekolah, dan kasus terburuk menyebabkan putus sekolah, penolakan sekolah dan kesehatan mental. 

Apa itu bullying? Bullying dapat didefinisikan sebagai perilaku yang dilakukan oleh seseorang atau suatu kelompok, yang biasanya dilakukan secara berulang-ulang, dengan sengaja menyakiti individu maupun kelompok lain, baik secara fisik maupun secara emosional. 

Kemendikbudristek mengidentifikasi bahwa bullying, kekerasan seksual dan intoleransi sebagai 3 dosa besar Pendidikan. Khususnya tindakan bullying di sekolah memerlukan perhatian khusus dan tidak boleh diabaikan. 

Diperlukan solusi yang komprehensif untuk mengatasi masalah bullying di sekolah. Hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021 dan 2022 tercatat sebanyak 24,4% peserta didik mengalami berbagai jenis perundungan. Bahkan kerap terjadi miskonsepsi yang menganggap perundungan sebagai cara menguatkan mental peserta didik. Padahal penyelenggaraan pendidikan seharusnya dapat memanusiakan manusia.

Pada 28 september 2023 dunia X (dulunya Twitter) dihebohkan dengan aksi beberapa siswa kelas VII SMP di Kota Tasikmalaya yang menginjak temannya saat istirahat di kelas. Siswa berinisial SBM sedang menginjak kepala korban berinisial KAM dan AR memegang tangan KAM. 

Lebih lanjut dalam klarifikasi Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, peristiwa ini ternyata bukan perundungan/bullying, akan tetapi mereka malah sedang membuat konten anti-bullying

Kendati demikian, cara penyampaian mereka tergolong keliru. Seharusnya ada guru ataupun orangtua yang turut mengawasi dan mengarahkan dalam pembuatan konten ini supaya bisa membuat konten yang lebih edukatif.

Paradigma Baru: Pendidikan yang Memerdekakan

Dari fenomena kekerasan yang sering terjadi ini mengisyaratkan masih adanya belenggu dalam Pendidikan Indonesia. Bagaimana cara melepaskan belenggu? Solusi atas permasalah ini adalah dengan memperkuat pandangan tentang pentingnya pendidikan, merencanakan, mengelola, melaksanakan, menentukan materi yang dipelajari, menerapkan proses yang tepat dan sesuai yang dikaitkan dengan landasan falsafah pendidikan, mengevaluasi, dan merencanakan tindaklanjutnya. 

Tentunya, pada saat ini pendidikan Indonesia membutuhkan sebuah kurikulum dimana kurikulum ini dapat menjadikan manusia merdeka dalam hal belajar, memberikan kebebasan belajar pada peserta didik dan juga pembelajaran dapat berpihak kepada peserta didik, sehingga diharapkan peserta didik dapat mengembangkan bakat dan minatnya tanpa adanya tekanan.

Model kurikulum merdeka belajar yang kerap digaungkan akhir-akhir ini diupayakan dapat melepaskan belenggu belajar dalam pendidikan di Indonesia baik bagi guru maupun peserta didik. 

Kurikulum merdeka menggunakan prinsip yang ada pada pembelajaran paradigma baru dimana guru diberikan kebebasan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta asesmen hasil belajar peserta didik, serta peserta didik tidak dipaksa untuk menguasai semua materi, karena tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan kebutuhan, dan minat peserta didik. 

Namun, proses pembelajaran yang dilakukan tetap mengacu pada profil pelajar pancasila yang berperan sebagai penuntun arah dan menjadi panduan dalam menentukan kebijakan dan pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia.

Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara 

Sistem Among 

Fenomena kekerasan dalam dunia pendidikan sewajarnya tidak harus terjadi, hal ini membuktikan bahwa kemampuan anak dalam berempati dan menghargai manusia lain yang seharusnya menjadi tujuan Pendidikan itu sendiri, sudah mulai hilang. 

Konsep sistem among merupakan suatu pemikiran yang sangat mendasar, menjelaskan bagaimana suatu proses Pendidikan seharusnya dijalankan. Pendidikan pada dasarnya tidak memaksa namun tidak pula membiarkan anak berkembang bebas tanpa arah. Sistem among seharusnya dapat digunakan sebagai cara untuk mendidik, menurut Ki Hadjar Dewantara dalam mendidik memiliki beberapa cara :

Memberi contoh (voorbeeld) Salah satu cara yang dinilai efektif dalam mendidik adalah dengan memberi contoh. Ketika kita memberikan contoh yang positif, kita sebagai guru dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi orang lain terlebih terhadap peserta didik untuk melakukan hal yang sama. Sebagai guru kita harus memberi keteladanan, berperilaku positif dan menjauhi tindakan kekerasan mulai dari diri kita. 

Jangan sampai kita memberikan contoh buruk seperti yang dilakukan guru di Takalar, menghina profesi orangtua peserta didik yang merupakan seorang petani (https://www.youtube.com/watch?v=qcUrE_UyX1w). 

Bagaimana kita bisa mengharapkan lingkungan sekolah yang jauh dari bullying kalau dari sosok guru saja memberikan contoh yang tidak baik seperti ini. Padahal menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan harus mengedepankan prinsip inklusif atau dengan kata lain setiap individu tampa memandang latar belakang, status sosial atau kemampuan, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas.

Pembiasaan (pakulinan, gewoontevorming) Mendidik juga bisa dilakukan dengan pembiasaan dalam bertingkah laku yang baik dengan mengugemi peraturan, kemudian perilaku baik tersebut diulang-ulang sampai menjadi sebuah tabiat/kebiasaan. 

Melalui pembiasaan guru akan lebih mudah dalam membentuk budi pekerti dan karakter yang luhur. Guru dan lingkungan sekolah harus berperan aktif dalam proses pembiasaan karakter ini, seperti mengembangkan budaya pertemanan yang positif, saling menghargai dan menerima perbedaan antar individu, saling membantu kepada sesama teman terlebih yang membutuhkan serta melakukan kebijakan anti-bullying yang dibuat bersama dengan peserta didik.

Pengajaran (leering, wulang-wuruk) Pengajaran adalah suatu cara yang dilakukan pendidik dalam memberikan ilmu pengetahuan, mempersiapkan pengalaman belajar, berlangsung sebagai suatu proses saling pengaruh mempengaruhi dalam bentuk interaksi yang tujuannya untuk meningkatkan karakter pada anak. Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya pengajaran yang memperhatikan keunikan dan kebutuhan setiap individu. 

Dari keberagaman dan keunikan peserta didik, pendidik harus mampu mengenali peserta didiknya dengan baik dan mengajar dengan pendekatan yang sesuai. Akan tetapi jangan sampai terjadi praktik bias terhadap peserta didik, supaya tidak menimbulkan benih kecemburuan yang nantinya dapat menggiring ke arah bullying.

Perintah, paksaan, dan hukuman (regearing en tuchtSebenarnya Ki Hadjar Dewantara tidak menyetujui proses mendidik dengan cara ini, akan tetapi cara ini masih bisa dilakukan dengan syarat-syarat tertentu, yakni dalam memberikan hukuman harus selaras dengan kesalahannya, hukuman harus dilakukan dengan cara adil, dan hukuman harus lekas dijatuhkan. 

Hukuman yang tidak selaras dengan kesalahannya akan menimbulkan rasa dendam pada peserta didik, begitu juga apabila hukuman dilakukan secara tidak adil, akan menimbulkan rasa rendah diri pada peserta didik. Hukuman juga harus segera dijatuhkan atau diberikan supaya tidak berlarut-larut dan bisa segera diperbaiki dengan pembiasaan dan keteladanan positif.

Laku (zelf beheersching, zelfdisciplineSejalan dengan poin pertama, tugas seorang pendidik adalah bertingkah laku yang baik dan benar di kehidupan sehari-hari. Dengan cara ini, peserta didik dapat mengambil teladan dan mencontoh perilaku yang positif dari guru mereka. Tujuan dari laku ini lebih luas dari pemberian contoh, yakni untuk menghasilkan peserta didik yang dapat hidup di tengah-tengah masyarakat dengan perilaku yang baik serta sesuai dengan norma-norma yang ada.

Pengalaman lahir dan batin (nglakoni, ngrasa, beleving) Mendidik tidak hanya bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan saja kepada peserta didik, tetapi juga bertujuan untuk membentuk karakter yang baik salah satunya tanggungjawab. Peserta didik dilatih dalam bertanggungjawab sehingga mereka akan dapat menghargai tugas yang diberikan oleh pendidik dan merasakan pentingnya untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan baik.

Nilai Budaya Luhur, Budi Pekerti, Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berjalan sepanjang hayat. Bangsa Indonesia kaya akan budaya yang pastinya terdapat unsur nilai, moral, norma dan etika kepribadian. 

Namun, saat ini memudar dan dilupakan, proses pendidikan kurang mengedepankan budaya sehingga dampaknya dapat menggeser budaya bangsa. Perbuatan menyimpang yang terjadi di lingkungan sekolah seperti pada kasus ini yaitu bullying, merupakan salah satu dampak dari pudarnya unsur budaya Indonesia dalam diri peserta didik. 

Cara paling efektif mengatasi permasalahan ini yaitu dengan melaksanakan pendidikan berbasis budaya. Pendidikan berbasis budaya memiliki tujuan untuk melestarikan dan mengembangkan budaya yang mengandung nilai-nilai luhur, artefak dan adat istiadat dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Nilai-nilai yang bisa diambil dari pendidikan berbasis budaya dan pendidikan karakter yang didasari oleh filosofi Ki Hadjar Dewantara antara lain nasionalis, mandiri, gotong royong, religius, dan integritas.

Merujuk pada pemikiran Paulo Freire (1967) hanya melalui jalur pendidikanlah manusia dapat mengembangkan kemampuannya untuk melihat dan memahami tantangan dari zamannya.

Hal ini akan memunculkan dan menumbuhkan sebuah kesadaran kritis pada suatu masyarakat. Dengan mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman, pendidikan anak dapat memberikan landasan yang kokoh bagi perkembangan holistik mereka. Anak-anak akan memiliki pemahaman yang baik tentang diri mereka sendiri, hubungan dengan orang lain, dan lingkungan di sekitar mereka.

Menjadi Manusia Indonesia

Diketahui Indonesia memiliki keberagaman suku, ras dan agama yang membentuk ciri khas pada individu manusia di setiap wilayahnya, yang kerap kali menjadikan penyebab adanya perundungan akibat perbedaan-perbedaan tersebut. Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila digunakan sebagai semboyan bangsa dan pedoman untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Keragaman di Indonesia terbentuk melalui nilai-nilai, aktivitas manusia dan karya-karya yang merupakan hasil ide dan aktivitas manusia. 

Pendidikan merupakan upaya untuk membangun paradigma berpikir, bersikap, dan berperilaku sebagai bangsa Indonesia, oleh karena itu Ki Hadjar Dewantara mendirikan perguruan Taman Siswa yang menanamkan rasa nasionalisme kepada siswanya. Ki Hadjar Dewantara pernah menyampaikan bahwa "Manusia Merdeka adalah manusia yang hidupnya bersandar pada kekuatan sendiri baik lahir maupun batin, tidak tergantung pada orang lain."

Kesimpulan

Dalam rangka mengatasi bullying, kita dapat memaknai filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara yakni sistem among, nilai budaya luhur, budi pekerti, kodrat alam dan kodrat zaman sebagai pedoman. 

Dengan memperkuat persatuan dan kesatuan serta memberikan pendidikan yang baik dan benar kepada setiap individu, kita dapat mewujudkan masyarakat yang lebih harmonis dan bebas dari tindakan bullying. Melalui konsep yang dicetuskan Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan yang memerdekakan serta upaya menjadikan peseta didik menjadi manusia Indonesia, Menteri Pendidikan dan Kebudayaa RI Nadiem Makarim mengembangkannya menjadi “Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM)”.

Referensi :

Muqsith Rozaki, M. ., & Apriani, A.-N. . (2021). PENGUATAN NILAI LUHUR BUDAYA MELALUI PENDIDIKAN BERBASIS BUDAYA LOKAL DI SD N 1 TRIRENGGO. Prosiding Penelitian Pendidikan Dan Pengabdian 2021, 1(1), 372–382. Retrieved from https://prosiding.rcipublisher.org/index.php/prosiding/article/view/164

Noventari, Widya. (2020). Konsepsi Merdeka Belajar dalam Sistem Among Menurut Pandangan Ki Hajar Dewantara. PKn Progresif  : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Kewarganegaraan 2020, 15(1), 83-91. Retrieved from https://jurnal.uns.ac.id/pknprogresif/article/view/44902

https://radartasik.id/bukan-bullying-demi-konten-siswa-smpn-di-kota-tasikmalaya-tega-injak-kepala-teman/

https://www.ace-ed.org.uk/advice-about-education-for-parents/tackling-bullying

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun