anjing hutan bicara padaku pagi tadi
ciumnya tangkap gerakmu di bukit, katanya gerammu ingin si rusa tua bijak mati
aku yang buta meraba-raba, mengendus-endus mawas diri
adakah angin menerabas hutan membawa aroma busuk itu kemari?
aku menghardik si gagak hitam sial yang parau,
oh kau burung bangkai!
meski nyata kucium kebohongan yang memuakkan itu
tetap saja akumu masih menutup-nutupi
Hakim, katamu?
hakim palsu, begitu?
penipu! cih.
kau budak dewa yang kau nista
kau alas kaki dewi yang kau najis
ah malas! baiknya aku pergi meringkuk
merenung dalam gua gelap yang pengap
yang dindingnya maha mendengar dan melihat
yang lantainya mengandung racun seperti hantu
dan di ujung nafas aku bertanya-tanya,
kau yang bermain kata-kata namun tak pernah ada
kau yang congkak ingin selalu dipuja
dimana tepa selira yang pernah kau sumpah?
penipu! cih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H