Mohon tunggu...
gemintang
gemintang Mohon Tunggu... Arsitek - beri aku kertas dan pena, kan kulukis wajah dan kuceritakan kisahnya

mulai saja, sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Praduga

21 Oktober 2020   17:54 Diperbarui: 21 Oktober 2020   18:00 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.deviantart.com/jiangkrik/

anjing hutan bicara padaku pagi tadi

ciumnya tangkap gerakmu di bukit, katanya gerammu ingin si rusa tua bijak mati

aku yang buta meraba-raba, mengendus-endus mawas diri

adakah angin menerabas hutan membawa aroma busuk itu kemari?

aku menghardik si gagak hitam sial yang parau,

oh kau burung bangkai!

meski nyata kucium kebohongan yang memuakkan itu

tetap saja akumu masih menutup-nutupi

Hakim, katamu?

hakim palsu, begitu?

penipu! cih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun