Hal yang sama juga berlaku jika salah satu dari tiga tipe menjalin kasih dengan tipe yang lain. Punya tantangan tersendiri dan hubungan hanya bisa berlanjut jika saling memberi pengertian.
Berdasarkan pengalaman kami tersebut, kami menjadi yakin bahwa dalam memberikan kasih sayang untuk buah hati juga bisa dengan tipe belajar tersebut. Kami yakin ketika kami cukup memberikan kasih sayang untuk buah hati, maka karakter si buah hati kelak akan menjadi sangat baik. Harapannya sih sederhana, dengan memberikan kasih sayang yang “cukup” maka kami sebagai orangtua akan mendapatkan hormat dari si buah hati. Dengan “hormat” yang cukup, akan membuat tuntutan dan tuntunan kami sebagai orangtua akan lebih mudah didengar.
Banyak sekali contoh salah kasih sayang yang diberikan orangtua yang berdampak sangat buruk untuk mental si anak. Contoh paling sederhana yang dipertontonkan sinetron-sinetron kita tentang anak durhaka. Ketika si orangtua tidak sanggup membelikan barang yang diinginkan si anak, lantas si anak langsung menghardik orangtuanya. Kata-katanya begitu kasar dan sadis didengar.
Dari sini mungkin bisa ditelaah, MUNGKIN dulu waktu kecil, si orangtua menganggap kebahagiaan si anak adalah dengan memberikan segala yang diinginkan. Ketika pola tersebut terus berlangsung, maka dalam pola pikir si anak akan terbentuk bahwa sebuah KEWAJIBAN bagi orangtua untuk memberikan barang yang diinginkan si anak. Hingga ketika si orangtua tidak sanggup untuk memberikannya, maka itu adalah sebuah kesalahan besar.
Mungkin terlihat lebay ya untuk kasus yang diambil dari sinetron. Tapi ada loh anak-anak yang menganggap bahwa KEWAJIBAN orangtua adalah memenuhi SEGALA kebutuhan dirinya.
Contoh lain dari masalah kasih sayang adalah kasus anak mencari kasih sayang di tempat lain. Seperti dijelaskan di atas, kasih sayang tergantung dari tipe belajar si anak. Misal anak visual yang tumbuh tanpa pengawasan dan pemahaman dari orangtuanya, ketika dia melihat kawannya merokok dan menganggap kegiatan tersebut adalah hal yang KEREN.
Maka bisa saja besok si anak akan perlente memegang batang rokok. Belum lagi hal-hal yang dianggap KEREN lainnya yang ternyata negatif. Si anak kemudian merasa mendapatkan kasih sayang dari lingkungan gaul yang tanpa arah. MUNGKIN maraknya kejadian PACARAN usia belia karena mereka mendapatkan kasih sayang yang lain dibandingkan kasih sayang orangtuanya.
Mengerikan ya?
Menurut saya pribadi, menyiapkan generasi masa depan Indonesia adalah menyiapkan mental para orangtua terlebih dahulu. Bagi para orangtua yang sudah membuka diri, bisa ikuti fanpage atau group dari Ayah Edy atau Risman Family untuk belajar. Nah, yang repot itu bagi orangtua yang tidak mau membuka diri. Yang masih yakin kalau keras terhadap anak adalah cara terbaik mendidik anak.
Yang masih yakin memberikan segala yang anak minta adalah cara terbaik mendidik anak. Ini pusing juga merubah polanya. Mungkin kalau orangtuanya sulit dirubah, semoga saja guru dan teman-temannya bisa meyakinkan bahwa orangtuanya sayang padanya walaupun sering memukul dan lain sebagainya. Hingga mental si anak juga menjadi baik.
Ingat loh, generasi penerus Indonesia itu bukan hanya anak-anak yang punya orangtua yang perlu disiapkan mentalnya. Tapi juga mereka-mereka yang sudah yatim piatu juga adalah anak-anak penerus Indonesia. Semoga semakin banyak orang-orang dewasa yang datang ke panti asuhan memberikan barang-barang yang sedap dipandang, memberikan ceramah atau cerita atau ucapan-ucapan yang menyenangkan, dan memberikan pelukan. Semoga kita semua segera dimampukan untuk memberikan tiga hal tersebut. Saya sih sekarang masih belum sanggup. Lihat anak demam sehabis imunisasi saja rasanya panik bukan main.