“Kamu yakin jalannya ke sini?”
“Yakin..”
* * *
Gerimis sudah turun sekarang. Galuh dan Alan sudah berada di dalam tenda dome berwarna kuning-merah di bawah pohon besar. Tas mereka disimpan dipinggir didalam tenda. Alya duduk dengan kedua kaki ditekuk menyentuh dada. Tangannya melingkar pada kakinya. Ia terlihat kedinginan. Alan duduk disebelahnya ia bersila agak menunduk.Kedua telapaknya terbuka diadu dan digesek-gesekkan. Lama mereka terdiam.
Alan kini semakin mendekat pada Galuh. Sesekali mata mereka bertemu. Galuh menurunkan tangannya sekarang menyentuh tangan Alan. Mereka terdiam. Tangan kiri Galuh ada di atas tangan kanan Alan sekarang. Lama mereka saling bersentuh tangan. Mereka masih terdiam.
Alan semakin mendekat sekarang. Galuh kemudian meluruskan kakinya. Tangannya terbuka merangkul Alan merebahkan badannya kemudian berbaring. Tangan Alan berlabuh pada bahu Galuh sekarang. Wajah mereka saling bertatapan. Semakin dekat.
* * *
“Wait up Hidayat..!”, Brandon mengais nafas mengejar Hidayat.
“Cepeeeet.. Sebelum ujan makin gede...”, Sani berteriak sambil berlari.
* * *
Di sisi lain bukit. Pada sebuah bangunan seperti saung. Duduk di sana Nunik. Tatapannya kosong lurus. Wajahnya begitu pucat. Ia terlihat tertekan.