Plastik merupakan jenis sampah non-organik yang memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak penjual di pasar menggunakan plastik sebagai pengemas makanan, industri otomotif menggunakan plastik sebagai bahan dasar komponen, dan plastik juga digunakan dalam pembuatan mainan. Namun, penggunaan plastik yang berlebihan dan pembuangan yang tidak tepat setelah digunakan menyebabkan masalah sampah. Sampah plastik terdiri dari bahan-bahan bekas yang tidak digunakan dan terbuat dari bahan kimia yang tidak dapat diperbaharui.
Produksi sampah nasional terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk. Sampah plastik menjadi salah satu perhatian utama, di mana kontribusinya terhadap total produksi sampah mencapai 18,55% pada tahun 2022, menjadikannya kontributor terbesar kedua setelah sampah organik. Berbagai kota di Indonesia juga memiliki kontribusi sampah plastik yang bervariasi, seperti Jakarta (14%), Surabaya (10,8%), dan Palangkaraya (15%). Indonesia adalah negara kedua terbesar di dunia dalam hal produksi sampah plastik di perairan sekitar, dengan sekitar 187,2 juta ton. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan bahwa 100 toko atau anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dapat menghasilkan sekitar 10,95 juta lembar sampah kantong plastik dalam satu tahun, yang setara dengan luas 65,7 hektar.
Pengelolaan sampah plastik menjadi masalah karena plastik tidak terurai secara alami (non-biodegradable). Pengelolaan sampah plastik dengan metode penimbunan atau pembuangan terbuka tidak efektif. Pembakaran sampah plastik dapat menyebabkan pencemaran udara, terutama emisi dioxin yang bersifat karsinogen. Proses daur ulang juga hanya mengubah sampah plastik menjadi bentuk baru tanpa mengurangi volume sampah plastik secara signifikan.
Laut merupakan salah satu dari tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), yang mencakup aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Laut memiliki peran penting dalam menampung berbagai limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Namun, keberadaan plastik dalam laut menyebabkan masalah serius dalam bentuk polusi plastik. Polusi plastik mengancam kehidupan laut, hewan, dan manusia. Hewan laut sering kali memakan plastik yang mereka anggap sebagai makanan, menyebabkan keracunan atau terjebak dalam jaringan. Mikroplastik, yang terbentuk saat plastik terurai menjadi fragmen kecil, telah ditemukan di berbagai ekosistem, termasuk dalam air minum dan makanan laut.
Bahaya sampah plastik di laut adalah masalah serius yang mempengaruhi ekosistem laut dan kehidupan manusia. Berikut adalah beberapa pembahasan mengenai bahaya sampah plastik di laut:
Kerusakan Ekosistem Laut: Sampah plastik dapat merusak ekosistem laut dengan berbagai cara. Misalnya, sampah plastik dapat memblokir sinar matahari yang masuk ke dalam air laut, menghambat pertumbuhan alga dan tanaman laut yang penting sebagai sumber makanan bagi berbagai organisme laut. Selain itu, hewan-hewan laut seperti penyu, ikan, dan burung laut dapat terperangkap atau terperosok dalam sampah plastik yang mengakibatkan cedera serius atau bahkan kematian.
Pencemaran Air dan Makanan: Sampah plastik yang terurai menjadi mikroplastik dapat terakumulasi di dalam air laut dan organisme laut. Ini berarti bahwa makanan laut yang kita konsumsi juga terkontaminasi oleh mikroplastik, yang dapat memiliki efek buruk pada kesehatan manusia.
Gangguan pada Rantai Makanan: Sampah plastik dapat mengganggu rantai makanan laut. Organisme laut yang memakan plastik dapat terpengaruh secara negatif, baik melalui keracunan langsung atau efek terakumulasi dari bahan kimia yang terdapat dalam plastik. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan mengancam keberlanjutan populasi spesies tertentu.
Pencemaran Lingkungan dan Estetika: Sampah plastik yang mengapung di laut menciptakan pemandangan yang tidak indah dan merusak keindahan alam. Selain itu, sampah plastik yang terdampar di pantai atau terbawa arus dapat mencemari lingkungan pesisir, mengganggu kehidupan satwa liar, serta berdampak negatif pada pariwisata dan ekonomi lokal.
Perubahan Iklim: Produksi dan pembuangan sampah plastik berkontribusi terhadap perubahan iklim. Proses produksi plastik menghasilkan emisi gas rumah kaca, sedangkan pembakaran sampah plastik dapat menghasilkan emisi berbahaya seperti dioxin. Perubahan iklim yang diakibatkan oleh aktivitas manusia juga dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem laut dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada kehidupan laut.
Dalam rangka mengatasi bahaya sampah plastik di laut, diperlukan tindakan yang komprehensif seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mendaur ulang plastik, meningkatkan kesadaran publik, dan melibatkan berbagai pihak termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat dalam usaha perlindungan lingkungan laut.