JAKARTA-GEMPOL, Tidak terasa waktu terus berlalu dan kini sudah 20 tahun lamanya kapal KMP Gurita yang melanyari penyebrangan antara pelabuhan Malahayati dengan Pelabuhan Sabang telah tenggelam untuk selamanya.
Kapal tua KMP Gurita tenggelam pada hari Jumat malam, 19 Januari 1996 jam 20:30 WIB. Banyak kejanggalan yang terjadi seperti disebutkan data dalam manifest penumpang ada 210 orang. Ternyata penumpang yang ikut kapal KMP Gurita lebih dari itu.
Data dari hasil riset menunjukan ada 40 Orang penumpang yang berhasil diselamatkan, 54 orang penumpang ditemukan meninggal dunia dan 284 orang lainnya hilang untuk selama-lamanya didasar laut.
Kedua orang tuaku Drs.M.Nasir, Asisten II Walikota Sabang beserta istri tenggelam dan hilang bersama kapal KMP Gurita di dasar laut yang dalamnya 385-400 meter. Tidak ada karangan bunga yang berdiri berderetan di depan rumah.
Tidak ada berita di koran,radio dan televisi baik lokal, nasional maupun internasional yang menyebutkan bahwa," Drs.M.Nasir, Asisten II Walikota Sabang beserta istri tenggelam dan hilang bersama kapal KMP Gurita."
Teman-teman saya juga banyak yang tidak percaya ketika saya katakan bahwa,"Kedua orang tuaku hilang dan tenggelam bersama kapal KMP Gurita." Orang-orang terdekat saja tidak percaya apalagi orang yang jauh.
Nama ibu saya ada tertulis dalam manifest daftar penumpang yang ikut berlayar dalam kapal KMP Gurita tetapi Drs.M.Nasir, Asisten II Walikota Sabang tidak tertulis di manifest karena membawa mobil dinas Pemda Sabang. Karena Drs.M.Nasir, Asisten II Walikota Sabang hanya supir mobil jadi yang dicatat hanya nomor plat mobil saja.
Semua berita hanya mengabarkan bahwa "HANYA" Kapolres Sabang yang tenggelam sedangkan Drs.M.Nasir, Asisten II Walikota Sabang sepi-sepi saja nyaris tidak terdengar beritanya.
Saya sendiri juga tidak tahu bahwa orang tuaku Drs.M.Nasir, telah dilantik sebagai Asisten II Walikota Sabang.
Persoalan politik sejak tahun 1980-an hingga 1995 yang mendera Drs.M.Nasir membuat saya sedikit BOSAN dengan POLITIK. Untuk Pemilihan Walikota Sabang saja orang tuaku tidak pernah cerita seumur hidupnya. Saya baru tahu ketika membaca buku diarynya tahun 1986.
Pernah suatu hari di bulan Oktober 1993, pasca shalat subuh di depan taman kantor Walikota Sabang, orang tuaku Drs.M.Nasir berkata,"Tidak lama lagi akan dilantik. Dilantik sebagai apa saya juga tidak tanya dan tidak tahu."