Kita ketahui bersama bahwa lawannya adalah adik kandung Gubernur Aceh, pencetus freeport di Sabang yaitu Prof.Dr.Muzakir Walad yang memimpin sebagai Gubernur Aceh selama dua periode (1968-1973 dan 1973-1978).
Walaupun pernah ikut pemilihan Walikota Sabang Aceh akan tetapi bapakku Drs.M.Nasir tidak pernah bercerita kepada anak-anaknya seumur hidup Beliau tentang Pilkada Sabang.
Diriku saja baru mengetahui hal ini setelah membaca catatan harian bapakku pada tahun 1986. Sayang sekali buku catatan harian itu sekarang sudah hilang (2004).
Walaupun bapakku tinggal di rumah dinas, akan tetapi diriku tetap tinggal di rumah kakek Abu Juned Bitay. Hanya pada waktu-waktu tertentu saja seperti pulang sekolah dan ada keperluan lainnya baru pulang sebentar ke rumah dinas.
Kemudian pada waktu sore hari diriku kembali ke rumah kakek untuk mengaji, sekolah dan tidur di sana. Jarak rumah dan SD No.6 (Sekolah kolonial Belanda) hanya 100 meter.
Akhirnya pada saat sakit-sakitan, kakekku dibawa ke Bitay Banda Aceh. Kakekku Teungku H.M.Abu Juned Bitay meninggal dunia pada tanggal 30 Mei 1990, Rabu malam jam 21:30 WIB, di Bitay Banda Aceh.
Kakekku ketika itu dalam usia 92 Tahun 1 Bulan 10 Hari (20 April 1898-30 Mei 1990). Saat itu usia diriku baru 15 Tahun, 10 Bulan, 21 Hari.
Sesuai pesan wasiatnya, kakekku akhirnya dikuburkan pada makam/kuburan khusus peninggalan Turki yang berbentuk kotak segiempat. Setelah itu tidak ada orang lain yang boleh di makamkan/dikuburkan di kotak segiempat ini, walaupun masih ada sisa satu lubang lagi.
Menurut saudara sepupuku, " Pada suatu hari nanti ada orang yang pantas untuk dikuburkan di samping kuburan kakekku," "Siapa orangnya Kita tidak tahu."
Rencanannya tanah di sebelah kuburan Abu Juned akan di semen. Hari itu ada keonaran di Bitay, orang yang bukan ahli waris utama mau dikuburkan pada kuburan PUTIH yang berbentuk kotak segiempat tersebut, tentu saja hal ini ditentang oleh saudara-saudara diriku.
Mungkin saja itu jatah diriku "Anak ke-11", makanya diriku mau mengurus mesjid di Bitay Banda Aceh, bekas peninggalan Teungku Di Bitay kakek-kakek kami dahulu yang sudah tidak terawat dengan baik. Diriku menjadi Cleaning Service, merangkap semuanya.