"Ya, jalan sebentar keluar dari Kompleks Perumahan, terus setelah itu setibanya di halte ujung Perumahan yang ada ntaran Bajaj atau Angkot atau Bus Trans, yang nongol di Halte di jalan Besar Kompleks Perumahan," ucap Kiara Salmah yang sekarang ini menatap manis wajah Sang Mama tercinta.
"Oooo, syukurlah kalau begitu, dan itu yang kau sebut dengan pilihanmu, tapi Mama bersyukur kau tidak hujan-hujanan berjalan kaki untuk sampai  ke Kampus, sayang?!" kata Mamanya dengan ucapan dan perasaan yang lembut dan begitu sangat sayang kepada Sang Buah Cinta yang begitu dimana dan dilindungi sekaligus dirawat sepenuh cinta agar sesuai dengan harapan cinta yang selalu kembali kepada kesejatiannya.
Cinta.
Yang selalu berporos pada ketulusan dan juga makna dari pada sekedar hanya ketulusan.
Cinta adalah perlindungan yang adil.
"Hahaha, Mama sih serius amat! Aku kan cuma bercanda," ucap Kiara Salman kepada Sang Mama yang kini wajahnya sedikit kendur dalam mengekspresikan kekhawatirannya.
Lantas Sang Mamapun menanggapi. "Ah! Dasar anak kesayangan Mama, kau tahu betapa  khawatirnya Mamamu ini, kalau kau nanti terlambat ujian atau kau nanti kena masuk angin," ucap Sang Mama tersayang yang selalu bisa aja mengkhawatirkan Sang Buah Cinta yang kini sudah benar-benar dewasa dan cantik menawan. Paras, hati dan benaknya dalam kebaikan yang diharuskan. Disetiap sendi kehidupan.
Bukankah demikian?!
"Hmm, oke baiklah Ma! Aku akan berangkat ke Kampus dan kemudian segera pergi ke tempat Kerja Freelanceku!" kata Kiara Salman yang menyalami tangan ibunya dan mencium punggung tangan Sang Mama tersayang. Lantas sembari tersenyum berpindah posisi untuk menyalami dan menciumi punggung tangan Sang Ayah yang sekarang ini tersenyum dengan begitu bangga terhadap apa yang diperjuangkan Sang Putri yang teramat di sayangi. "Oke, Kiara hati-hati di jalan, nanti kalau sudah pulang dari kerja Freelancemu, Mama dan  Papa akan menjemput kalau-kalau hujan nanti turun lebih deras," jelas Sang Ayah memberi tahu kepada Sang Putri tersayang.
"Okay, siap, Papa!!! Aku berangkat dulu! Dah Pa dah Ma, sampai jumpa sore nanti," kata Kiara sembari ngacir begitu saja setelah berpamitan sembari mengembangkan 'Pengamatan Teduhnya' yang begitu sangat terasa teduh dan juga mengamankan.
****