Kompas.
Diakhir pekan ini, ketika Kiara sedang memikirkan beberapa hal penting yang begitu sangat krusial mengenai banyak hal yang begitu sedang menjadikan sesuatu menjadi sedikit, bimbang.
Kiara yang baik, yang saat ini sedang berjuang demi sesuatu yang baik tersebut, kemudian mendesah lelah dan memandangi sekitaran senja yang tak lagi berteralis kesenduan dalam keirian.
"Hmmm, ya, sebentar lagi hujan," kata Kiara yang sekarang ini begitu sangat luar biasa menerawang ke awang-awang dimana mendung sedang menggantung dan menjuntai begitu melelahkan di atas, nun jauh di sana.
Lantas, dengan tersenyum penuh semangat ia menyemangati dirinya sendiri terlebih dulu ketika ia hendak memulai hari di hari pada akhir pekan yang malah semakin padat dan juga beritme 'Up Beat' ini.
"Yaaah, tapi hari masih benar-benar pagi dan langit begitu mendung dengan awang-awang yang sedang ngambekan, terutama di bulan ini, mereka bilang, hujan sehari-hari di bulan ini," Kata Kiara di depan Selasar rumahnya yang begitu sangat rindang, ketika apa yang sedang dipikirkannya di dalam hati dan juga benaknya yang begitu sangat flawless, membuatnya semakin lesu namun ia tetap tersenyum penuh dengan semangat.
Menyemangati diri sendiri, Â dengan sepenuh kebaikan dan keyakinan yang baik.
Karena Kiara meyakini akan kepercayaan, 'Bagaimana pun, sesuatu yang dan atau demi kebaikan sekecil apapun, akan mendatangkan kebaikan pula'.
Itulah kenapa, Kiara selalu melakukan hal dengan kebaikan dan selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik, yang bisa ia lakukan dan menurut kemampuannya.
"Ya, aku tahu pastinya begitu," jawabnya dengan suara yang begitu melirih di ujung kalimatnya yang diselesaikan dengan sinar mata yang sedikit sendu, seolah memahami langit yang sedang mendung sedikit akan gelap,  karena mending yang menjuntai di setiap biasannya yang memang sedang  sendu.
Lantas, Kiara menundukkan pandangan dari mengasah terawangnya ke pada langit yang sedang memperlihatkan kesenduan yang begitu sangat  sedang membias, dan kemudian Kiara berkedip satu kali dua kali untuk menyadarkan dirinya sendiri dari lamunan yang luar biasa mengelangut, seperti tonggeret tong yang berbunyi di musim panas atau musim  kemarau.