Presiden Jokowi mengakhiri kunjungan ke Ukraina dan Rusia pada tanggal 2 Juli. Sebelum itu, ia berhasil menemui langsung Zelensky, Presiden Ukraina, dan Putin, Presiden Rusia.Â
Kunjungan Jokowi bisa dikatakan berani karena perang belum akan mereda. Jokowi  meyakinkan publik internasional bahwa ia bersungguh-sungguh dalam misinya.
Publik Indonesia menyoroti keberanian Jokowi sebagai pemimpin Asia pertama yang mendatangi medan perang di Ukraina. Publik juga bangga karena Indonesia tengah menjadi penengah.Â
Krisis yang ditengahi tidak hanya melibatkan perang di medan tempur melainkan hambatan pasokan pangan secara global. Jokowi ingin berkontribusi krisis tersebut dalam "misi perdamaiannya".
Perang masih belum berakhir
Pasukan Rusia terus bergerak maju di Provinsi Luhanks. Pasukan menggunakan artileri berat yang jauh mengungguli pasukan Ukraina.Â
Pada tanggal 3 Juli, sehari setelah Jokowi tiba di tanah air, Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu, menyampaikan berita kemenangan militer di kota Lysychansk kepada Putin.Â
Dengan jatuhnya kota Lysychanks, Rusia berhasil "membebaskan" Provinsi Luhanks dari tentara Ukraina.
Capaian tersebut tidak otomatis membuat ambisi Putin untuk meneruskan misi yang mendasari perang berakhir. Dengan tenang ia mengucapkan selamat dan tidak ada ada tanda perang akan ia akhiri.Â
Ia mengatakan bahwa unit militer yang mengambil bagian dari pertempuran dan mencapai keberhasilan, kemenangan ke arah Luhanks harus beristirahat, memulihkan kemampuan tempurnya.