Mohon tunggu...
G.B. Suprayoga
G.B. Suprayoga Mohon Tunggu... Ilmuwan - A PhD in spatial and transport planning; an engineer in highway construction; interested in enhancing sustainable road transport; cycling to work daily

Writing for learning and exploring

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengukur Keberhasilan "Misi Perdamaian" Jokowi dari Perkembangan Terkini

10 Juli 2022   08:00 Diperbarui: 13 Juli 2022   08:30 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Pasukan Rusia berjalan di bagian yang hancur dari Pabrik Metalurgi Pekerjaan Besi & Baja Illich di Mariupol, di wilayah di bawah pemerintahan Republik Rakyat Donetsk, Ukraina Timur. (AP PHOTO via kompas.com) 

Dalam jumpa pers setelah bertemu dengan Putin pada 1 Juli, Jokowi mengatakan Indonesia tidak memiliki kepentingan apapun, kecuali konflik di Ukraina berakhir segera dan rantai pasok pangan, energi dan pupuk dapat dipulihkan kembali karena memliki dampak terhadap jutaan orang. 

Sebagai pengakhiran jumpa persnya, Jokowi  menyampaikan bahwa ia mendapatkan "jaminan" dari Putin mengenai angkutan kapal dari Ukraina.

Baca: Meet Vladimir Putin President Jokowi Indonesia has no Interest except Wanting the War to end Food Supply Chain, Fertilizer, Energy Recovered

Jokowi memang berbicara mengenai pembukaan blokade untuk mengakhiri krisis pangan. Akan tetapi, usulan solusi tidak begitu jelas disampaikan. 

Solusi yang lebih imbang untuk kedua negara masih belum terwujud. Selama ini, Rusia telah bernegosiasi dengan Turki dalam pembicaraan mengenai kemananan pelayaran kapal dari Ukraina dan menekankan "legitimasi" penghentian sanksi kepada Rusia. 

Ketiadaan proposal yang konkrit menjadikan keberhasilan Jokowi dalam hal penanganan krisis pangan sulit untuk diukur.

Melanjutkan "misi perdamaian" Jokowi supaya tidak sepenuhnya gagal

Belum ada tanda-tanda bahwa perang Rusia-Ukraina akan berakhir segera. Apakah misi Jokowi sepenuhnya gagal?

Indonesia dengan posisinya sebagai Presidensi G20 dapat digunakan sebagai "jembatan" untuk mendamaikan pihak yang bertikai. 

Pada 8 Juli ini, pertemuan para menteri luar negeri negara-negara G20 tidak terhindarkan membahas hal-hal menyangkut perang Rusia-Ukraina. Salah satu yang patut dicatat adalah keberhasilan Indonesia menghadirkan Dymtro Kuleba, dari Ukraina, dan Sergey Lavrov, dari Rusia.

Ada kesan bahwa negara-negara Barat yang hadir dalam pertemuan telah memojokkan dan menuduh Rusia sebagai penyebab krisis pangan dan energi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun