Kasus kredit macet atau bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI) pada tahun 1990-an juga menjadi contoh kasus korupsi penting di Indonesia. Kasus ini melibatkan penyalahgunaan kekuasaan oleh para pengusaha dan pejabat pemerintah dalam pemberian kredit tanpa agunan kepada bank-bank yang mengalami masalah keuangan. Hal ini menyebabkan kerugian negara yang signifikan dan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan.
3. Kasus e-KTP
Kasus korupsi terbesar yang pernah terjadi di Indonesia adalah kasus e-KTP atau Kartu Tanda Penduduk Elektronik. Kasus ini melibatkan dugaan korupsi dalam pengadaan dan penerbitan e-KTP oleh Kementerian Dalam Negeri. Kasus ini mencuat pada tahun 2014 dan melibatkan pejabat tinggi negara, termasuk anggota DPR dan petinggi partai politik. Korupsi dalam kasus ini mencapai angka yang sangat besar dan merugikan negara serta masyarakat.
Kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat pemerintah dan elit ekonomi di Indonesia telah menjadi fenomena yang serius dan merugikan. Edwin Sutherland, melalui penelitian dan kontribusinya, telah membantu mengungkap kejahatan korupsi di kalangan orang-orang berkekuasaan dan berstatus sosial tinggi. Melalui pemahaman yang lebih luas tentang korupsi ini, kita bisa memahami kompleksitas korupsi dan mendukung upaya pemberantasan serta pencegahan lebih efektif.
Kasus-kasus korupsi seperti Bank Century, e-KTP, dan BLBI merupakan contoh nyata betapa perlu adanya kesadaran dan tindakan yang tegas dalam memerangi korupsi di Indonesia. Peran penting dari pemahaman konsep kejahatan korporasi dan kolar putih oleh Edwin Sutherland dapat menjadi sumber inspirasi bagi upaya-upaya pengungkapan dan pencegahan korupsi di masa depan nantinya.
Selain white collar crime, Edwin Sutherland menggagas konsep "kejahatan korporasi" dalam memahami fenomena kejahatan di kalangan elit ekonomi dan politik. Ia menyoroti perlunya memperhatikan kejahatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang memiliki status sosial yang tinggi dan kekuasaan yang memadai. Sutherland menekankan bahwa korupsi tidak hanya terjadi dalam ranah orang miskin atau kelompok marginal, tetapi juga di kalangan orang-orang yang berstatus tinggi.
Dalam konteks Indonesia, penelitian dan kontribusi Sutherland dalam memahami dan mengungkap kasus-kasus korupsi membantu kita melihat bahwa korupsi dapat melibatkan para pejabat pemerintah, elit ekonomi, dan individu-individu berpengetahuan tinggi. Kontribusi ini juga memberikan pemahaman yang lebih luas tentang dinamika struktural dan kelembagaan yang mendukung kejahatan korupsi di Indonesia.
Peran Edwin Sutherland dalam menghadapi fenomena kasus korupsi di Indonesia sangat penting. Melalui studi dan analisis, ia berhasil mengidentifikasi faktor-faktor pendorong korupsi dan merumuskan upaya pencegahan yang efektif. Dan untuk mengatasi masalah korupsi secara efektif, diperlukan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, lembaga masyarakat sipil, dan masyarakat umum. Implementasi upaya pencegahan yang komprehensif dan berkelanjutan, didukung oleh regulasi yang kuat, pengawasan yang ketat, dan sanksi yang tegas, dapat membantu mengurangi kasus korupsi di Indonesia.
Sutherland melakukan studi kasus dan analisis mendalam untuk memahami penyebab utama dan karakteristik kasus korupsi di Indonesia. Ia menggunakan metode penelitian ilmiah untuk mengidentifikasi pola-pola kejahatan, faktor-faktor pendorong, dan dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat.