Mohon tunggu...
Gea Amanda Putri
Gea Amanda Putri Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Nama : Gea Amanda Putri NIM : 44523010052 Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Dosen : Prof.Dr.Apollo,AK.,M.Si. Universitas Mercu Buana Meruya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tugas Besar 2_Diskursus Gaya Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   10:35 Diperbarui: 12 November 2023   12:30 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beliau melakukan kepemimpinan untuk mengadakan pencegahan korupsi ini bukan tanpa alasan, Ki Hadjar Dewantara memiliki alasan yang kuat dalam melakukan kepemimpinannya untuk mencegah korupsi. Melalui keyakinannya pada pendidikan, penanaman nilai-nilai integritas melalui pendidikan, serta contoh kepemimpinan yang baik, Ki Hadjar Dewantara berharap dapat mengubah pola pikir masyarakat dan membentuk generasi yang berintegritas. Upaya ini menjadi dasar dalam membangun masyarakat yang tidak hanya bebas dari korupsi, tetapi juga berusaha untuk mencapai pembangunan yang adil dan berkelanjutan. 

Adapun beberapa persepsi Ki Hadjar Dewantara tentang penyebab terjadinya korupsi: (Dewantara, K. H. 1931. Lahirnya Budaya Persatuan. Jakarta: Yayasan Kemitraan bagi Pembaruan Hukum Indonesia.)

Input sumber gambar
Input sumber gambar

1. Kurangnya Pendidikan dan Kesadaran

Ki Hadjar Dewantara menyadari bahwa kurangnya pendidikan dan kesadaran tentang pentingnya integritas, etika, dan tanggung jawab sosial dapat menjadi penyebab terjadinya korupsi. Ketika masyarakat tidak memahami dampak negatif yang disebabkan oleh korupsi, mereka lebih rentan terlibat dalam tindakan koruptif. 

2. Terjadinya Ketimpangan Ekonomi dan Sosial 

Ki Hadjar Dewantara melihat bahwa ketimpangan ekonomi dan sosial dapat memberikan insentif bagi praktik korupsi. Ketika kesenjangan antara kaya dan miskin semakin dalam, dan akses terhadap sumber daya terbatas pada segelintir orang, korupsi menjadi "jalan pintas" yang dianggap oleh beberapa individu untuk memperoleh keuntungan pribadi.

3. Minimnya Pengawasan dan Transparansi 

Ki Hadjar Dewantara menyadari bahwa kurangnya pengawasan yang baik dan tingkat transparansi yang rendah dalam lembaga-lembaga publik dapat memicu terjadinya korupsi. Tanpa adanya sistem pengawasan yang kuat dan mekanisme yang transparan, praktik koruptif dapat terjadi dengan sedikit atau tanpa pengungkapan yang akurat.

Pemimpin berperan penting dalam pencegahan korupsi, dan Ki Hadjar Dewantara adalah contoh nyata dari seorang pemimpin yang fokus pada hal tersebut. Melalui nilai-nilai integritas dan moral, keberpihakan kepada rakyat, dan pembangunan sistem pengawasan yang efektif, Ki Hadjar Dewantara menjadi figur kepemimpinan yang inspiratif dan efektif dalam mencegah korupsi di lingkungannya. Perannya dalam membangun tata kelola yang baik dan menciptakan iklim yang bersih dan transparan memberikan dampak positif bagi pembangunan sosial dan ekonomi Indonesia.

Pemahaman tentang mengapa Ki Hadjar Dewantara melakukan kepemimpinan dalam pencegahan korupsi dapat memberikan inspirasi bagi para pemimpin masa kini untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam memerangi korupsi. Dengan nilai integritas, keberpihakan kepada rakyat, dan sistem pengawasan yang efektif, pemimpin dapat memainkan peran kunci dalam membangun masyarakat yang lebih adil, transparan, dan terbebas dari korupsi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun