Air mata Nisa tumpah begitu saja saat ia menyambut pelukan Bimo. Beban itu sudah begitu lama dipikulnya, begitu berat dan kali ini ia ingin menumpahkan semua. Kerinduan dan cinta.
"Saya juga pernah merasa kehilangan Kak, saat orang tua saya meninggal gara-gara Covid waktu itu, jadi saya ngerti perasaan Kakak."
Saat itu bus Transjakarta yang ditunggu Nisa sampai di depan halte. Beberapa orang mulai mengantre untuk naik.
Buru-buru Nisa menghapus air mata dengan punggung tangannya, lalu membelai rambut Bimo.
"Saya naik bus dulu ya Bim, nanti sore pulang kerja saya mau mampir ke rumah kamu, di dekat rel kereta kan?"
Bimo mengangguk sambil tersenyum.
Nisa lalu bergegas masuk ke dalam bus. Dari dalam ia bisa melihat Bimo berlari menembus hujan menuju ke arah rel kereta api.
Nisa menarik napas, ada kelegaan yang hangat masuk ke dalam hatinya, menembus jiwa.
Di luar, hujan perlahan mulai berhenti. Sinar matahari mulai berani menampakkan cahayanya menghangatkan pagi yang tadi sempat dingin membeku.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI