Mohon tunggu...
Gideon Budiyanto
Gideon Budiyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Renyah Kerupuk Bangka

17 November 2022   15:49 Diperbarui: 17 November 2022   15:53 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Jason Goh from Pixabay 

Air mata Nisa tumpah begitu saja saat ia menyambut pelukan Bimo. Beban itu sudah begitu lama dipikulnya, begitu berat dan kali ini ia ingin menumpahkan semua. Kerinduan dan cinta.

"Saya juga pernah merasa kehilangan Kak, saat orang tua saya meninggal gara-gara Covid waktu itu, jadi saya ngerti perasaan Kakak."

Saat itu bus Transjakarta yang ditunggu Nisa sampai di depan halte. Beberapa orang mulai mengantre untuk naik.

Buru-buru Nisa menghapus air mata dengan punggung tangannya, lalu membelai rambut Bimo.

"Saya naik bus dulu ya Bim, nanti sore pulang kerja saya mau mampir ke rumah kamu, di dekat rel kereta kan?"

Bimo mengangguk sambil tersenyum.

Nisa lalu bergegas masuk ke dalam bus. Dari dalam ia bisa melihat Bimo berlari menembus hujan menuju ke arah rel kereta api.

Nisa menarik napas, ada kelegaan yang hangat masuk ke dalam hatinya, menembus jiwa.

Di luar, hujan perlahan mulai berhenti. Sinar matahari mulai berani menampakkan cahayanya menghangatkan pagi yang tadi sempat dingin membeku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun