Saya juga menyadari, betapa 'bahaya' Pilkada esok lusa. Bagaimana tidak, kegiatan Pilkada yang dulunya enak dilaksanakan tanpa bayang-bayang ancaman apapun yang membahayakan nyawa, kini harus menanggung resiko sebaliknya. Nyawa banyak orang jadi taruhan.
Normalnya, bersentuhan fisik umumnya sulit untuk di hindari pada saat Pilkada, mengingat saat hari pemilihan masyarakat berbondong-bondong menuju ke (Tempat Pemungutan Suara (TPS) di daerah tempat tinggal mereka.Â
Sebab, tanpa disangkal, akan sulit memisahkan kerumunan ketika masyarakat ditemukan dalam satu tempat secara bersamaan (jika sebelumnya tidak ditentukan jadwal kehadiran tertentu jauh hari).
Kebiasaan semacam itu niscaya otomatis memberikan jalan leluasa bagi Covid-19 menyerbu masyarakat untuk dipaksa hidup berdampingan dengan mereka.
Berkaca dari semua kejadian imbas dari perilaku Covid-19 yang meresahkan, agar Pilkada tetap menjadi wadah pesta demokrasi aman dan nyaman bagi rakyat.
Pemerintah dalam hal ini adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) bersama seluruh masyarakat harus bahu membahu bersama memaksimalkan implementasi aturan protokol kesehatan yang sudah ada.
Bahkan perlu menambah ketat antisipasi maupun solusi jitu supaya Pesta Demokrasi 9 Desember nanti tidak menjadi sumber penularan baru.
Adapun beberapa aspek pencegahan dan anjuran mematuhi aturan yang dicanangkan Pemerintah semestinya harus dilakukan guna menjaga asa agar Pilkada serentak tidak menjadi sumber penularan baru virus corona.Â
Perbiki (lagi) Mindset Tentang Covid-19
Sejauh ini, semenjak hadirnya Covid-19 hadir masih saja banyak pihak enggan untuk percaya dengan eksistensi Covid-19. Banyak yang mengira Corona adalah sebuah konspirasi belaka, hingga mempercayai pandemi Covid-19Â sebenarnya tidak ada.
Hal semacam itu yang paling membuat corona semakin betah dan ingin semakin berlama-lama di negara kita.