Tak perduli dengan kata-kata temannya. Langsung mengangkangi motornya. Dan meluncur ke jalan raya. Ia mulai bosan, dan benar-benar ingin bolos kerja untuk pertama kalinya.
"Tuan tau kenapa aku diciptakan memanjang?"
Kembali ia heran. Sebab, tidak salah lagi. Yang bertanya bukanlah manusia. Melainkan benda mati, tepatnya jok motornya sendiri.
"Sudah sering kutanya. Aku tau. Hanya mengingatkan agar tidak lupa. Kalau jawabanny..."
"'Agar sesekali ada yang duduk di belakangku', begitukan?" kesalnya sambil menekan pedal rem tanpa perhitungan.
Motornya terhenti. Decit ban Motor yang kesakitan mengalihkan perhatian orang-orang. Ia menoleh ke belakang, matanya lekat pada jok yang menjengkelkan. Orang-orang terus memandangnya. Napasnya memburu.
"TITTTTTTTT!" sebuah sedan berkecapatan tinggi menekan klakson panjang sambil menyalipnya. Ia sadar dari lamunannya.
"Woy! Kalau mau mati cari tebing saja. Aman!" teriak seorang dari pinggir jalan.
"Atau perlu kupanggil Rumah Sakit jiwa. Hahaha..." ledek yang lainnya.
Kemudian ia melaju, pelan dengan hati yang keliru. Di sebuah warung nasi yang sederhana ia menepi. Orang-orang di seputaran warung tersenyum padanya. Bukan karena ada yang ganjil. Tapi ia memang tidak asing.
"Sudah lama?" sapa pelimik warung ramah.