"Ini masih di jalan, tunggu aja."
Sekitar pukul 15:00. Orang yang sama terus merayu kami, hendak menawarkan jasa tadi. Lagi-lagi kami menolak. Dia terus merayu lebih panjang.
"Sudah di mana?"
"Bentar lagi nyampek."
Sekitar Pukul 16:00. Lagi-lagi orang yang sama datang lagi. Mungkin kasihan dengan kami yang semakin layu. Kali ini rayuannya lebih dalam. Sampai menunjukkan tanda pengenal agar kami percaya. Ramah dan baik sekali. Orang yang kami tunggu akhirnya datang. Dia yang merayu dengan muka kuyu tanpa pamitan berlalu. Lo, kok tiba-tiba tidak ramah?
"Maaf, macet," terangnya.
"Mana angkutan kita?" tanya saya yang sudah capek menunggu.
"Kita naik di sana," tunjuknya.
Kami pun berjalan. Tiba-tiba dari arah yang berlawanan, anak-anak berseragam putih-abu-abu kelihatan sedang lomba lari, oh bukan, barangkali sedang belajar perang, sebab ada yang membawa Samurai, Rantai bekas, pisau, dll. Cepat sekali. Melihat kerumunan itu mendekat, Taura langsung lari ke belakang. Muhardi langsung mencengah, "jangan lari, nanti dikira kamu yang dikejer".
Karena ada yang menghalangi kejar-kejaran itu, "geng" terminal atau entah, anak-anak yang dikejar langsung masuk ke jalan. Melompati kendaraan yang merangkak. Sebab itu lalu lintas terhenti. Pengendara membunyikan klakson yang menambah keramaian. Saya keheranan, karena ada pula anak cewek yang ikutan atraksi nekad itu. Luar biasa apa yang disuguhkan Jakarta dihari pertama saya.
Sambil menghirup debu jalanan dan asap knalpot, lumayan jauh kami berjalan. Menurut saya hingga kiloan meter, barangkali karena sudah capek. Sementara laju kendaraan di samping kami, di jalan, lebih lambat dari pada langkah kami.