Lembaran-lembaran rupiah telah ditarik dari Bank. Seharusnya Orang-orang kampung senyum mengembang, namun tidak. Alasannya, konon karena telpon dari pihak penjaga "hulu, badan dan hilir sungai"Â terus berdering, walau tidak blak-blakan (bisa juga terang-terangan) maksud yang seolah tersimpan harus dipenuhi, "kalau tidak nanti kita yang sulit", begitu yakin mereka.
Mudah sekali memang minta bagian dari yang (maaf) tidak pintar, cukup tanyakan hulu dan hilir. Bagi penjaga hulu, dipersulit saja proses penumpahannya dan penjaga hilir jangan mau menampung dulu.
Imbasnya, karena segala bentuk "hadiah" dan upah jasa itu tidak diterima pihak yang memverifikasi dianggarkan, dan tidak mungkin gaji Pelaksana sebagai gantinya, maka untuk memenuhinya Pelaksana 'harus' jadi Maling. Pinter-pinter kau lah.
Nah, sekarang sudah tau kenapa Pelaksana harus jadi Maling? "Kalau memang begitu kejadiannya", catat ini kawan. Saya pun berharap tahun ini tidak begitu.
NB. Apa yang tertulis mungkin tidak sepenuhnya benar, tapi yang sampai ke telinga penulis seperti itu di tahun sebelumnya. Saya kira jika pihak yang berkewajiban mengurusi hal-hal seperti itu berkeinginan benar, harus lebih teliti lagi, terutama didaerah-daerah terbelakang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H