Pertama, yang tidak punya kebun serai wangi bisa menego pada yang punya kebun untuk memanen (menyuling, bahasa gayonya Ngukus) dengan cara bagi tiga hasil: satu bagian untuk yang punya kebun dan dua bagian untuk kita yang memanen. Ini sudah biasa terjadi.
Satu hektar serai wangi dapat menghasilkan sekitar 70 kg minyak atsiri (tergantung cuaca dan umur Serai wangi). Jika harganya Rp. 225.000/kg, satu hektar bisa menghasilkan uang Rp. 15.750.000. Kalau kita punya sendiri kan lebih dari cukup untuk puasa dan lebaran. Bagaimana kalau kita memanen punya orang? Ya, lumayan juga kan. Kalau kita sendiri akan dapat Rp. 10.500.000. Dan seandainya duet, per orangnya masih dapat Rp 5.250.000. Dengan uang segitu saya kira sudah lebih dari cukup membeli blouse lebaran untuk istri, bukan? *tapi pengerjaannya sangat tidak mudah kawan.
Begitu untuk yang tidak punya kebun. Bisa kan?
Tapi, terkadang niat hati ingin memperirit biaya, minyak ‘mulia’ itu disimpan dulu. Baru nanti pas hari-hari mendekati lebaran baru dijual. Eh, malah para pengepul tidak mau lagi membeli, seperti tahun kemaren, banyak yang kecewa.
Bukan tidak laku, tapi uang cash pengepul sudah tidak ada dan bank sudah libur duluan untuk dicairkan. Loh, kok bisa? Ya bisa dong. Konon, beredar kabar rupiah yang dapat diperas dari daun tanaman rimbun itu akan menyalip jumlah APBK Kab. Gayo Lues. Maka saya pun berdo’a, semoga tahun ini para pengepul menyiapkan masing-masing uang tunai segudang. Hehe.
Gayo Lues, 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H