Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Komar Oh Komar

9 April 2017   12:00 Diperbarui: 13 April 2017   05:30 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Komar. sumber: https://makhluklemah.wordpress.com (09/04/2017)

***

Saat ia sendirian di rumah. Ia menerawang ke masa lampau. Mengingat-ingat ketika tenaganya kuat. Ia makmur atau setidaknya bukan seperti nasibnya kini dan beberapa tahun yang lewat. Ia punya dua hektar kebun Kemiri yang telah berbuah, satu hektar kebun Kakao berusia remaja. Air matanya merembes ke pipi mengingat kejayaan itu.

Dulu sekali sekira tahun 1997 Komar memang bernasib sejahtera. Ia dan keluarganya—anaknya masih satu, berumur 1,5 tahun ketika itu—ikut program transmigrasi ke daerah perkebunan di bagian barat kabupaten. Ia membuka kebun bermodalkan jatah yang diberi pemerintah.

Ia terpaksa meninggalkan semua usahanya yang sudah berbuah hasil. Antara pemerintah dan sebagian rakyat konflik kesalahpahaman semakin berkepanjangan dan brutal. Kengerian telah menyatu dengan udara. Keangkeran menjadi pakaian siang dan malam. Mencekam. Orang-orang yang tak bersalah sering menjadi korban. Komar salah satunya.

Ia dihasud. Dituduh sebagai mata-mata pihak gerilyawan. Pasukan pemerintah menjemputnya paksa di tengah malam. Istri dan anaknya menangis histeris ketika itu. Kejadian seperti itu memang tidak memungkinkan pihak terciduk kembali utuh. Paling hanya jasad yang kembali, kadang juga tidak.

Komar sangat beruntung. Ia masih kembali bernyawa meski luka membalut sekujur tubuhnya. Ia tak mengaku karena tidak merasa seperti yang dituduhkan. Ia disekap dan dihajar tujuh hari tujuh malam.

Kejadian itu yang membuatnya berjalan agak pincang. Hentakan senjata laras panjang ke mulutnya memaksa sebagian giginya murtad. Yang paling menyakitkan setelah sembuh tenaganya tidak kembali utuh, otot-ototnya lemas hingga kini.

Pada tahun 2000 awal, sebelum ia sembuh ketika itu, adik-adiknya langsung menjemputnya. Ia kembali ke kampung halaman. Ia memulai dari nol kehidupannya dengan tenaga yang sudah setengah lumpuh. Tertatih. Ia menjual seadanya kebun kemiri dan kakao sebagai modal. Sulit ada penadah ketika itu.

Ia salah satu orang mengucap penuh syukur ketika perdamaian. Walaupun sesudah berdamai kehidupannya tidak membaik. Santunan bagi korban konflik yang tersiar ada, tidak singgah di keluarganya. Syarat-syarat untuk itu sudah dilengkapi nya. Hingga mulut menganggap topik itu sudah tidak harum lagi dijadikan kata-kata, tetap saja nihil adanya,.

“Dosa apa yang telah saya buat. Hingga dijatuhkan ke lembah yang penuh kebuasan.”

Setelah sadar dari lamunan masa lalunya Ia bergumam sendiri. Tak lama kemudian ia memejamkan mata. Selamanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun