Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Komar Oh Komar

9 April 2017   12:00 Diperbarui: 13 April 2017   05:30 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Komar. sumber: https://makhluklemah.wordpress.com (09/04/2017)

Komar pun jatuh sakit. Jalannya yang sempoyongan bertambah parah. Nyaris tak bisa berjalan. Sebagian orang menyatakan gejala lumpuh. Ada juga mengatakan ia kekurangan vitamin, otot-ototnya kram hingga sulit bergerak. Dan berbagai argumen bermunculan, mengada-ngada tepatnya.

Benar kata orang-orang: perbedaan kampung dan desa sangat berbanding terbalik, orang-orang kota sibuk dengan urusan sendiri tapi orang kampung sibuk mengurus orang lain bahkan kadang lupa urusan sendiri. Kabar malang yang menimpa Komar menyebar dengan cepat. Komar menjadi buah bibir.

“Kasihan anak-anaknya.”

“Siapa lagi menafkahi keluarganya.”

“Makan apa mereka nanti.”

“Makanya nabung. Saat sakit tidak limbung.”

 “.....”

Kurangnya obat membuat sakitnya bertahan lama. Sudah beberapa bulan Ia belum sembuh. Adik-adiknya membantu sesuai kemampuan masing-masing. Sementara ia sakit dari bantuan itu ia bernapas.

Batang tubuh keluarganya semakin terperosok. Tidak ada simpanan. Dapur harus terus mengepul. Anak-anak perlu uang sekolah. Kadang istrinya menangis sesegukkan di keheningan malam. Mengutuki nasib yang menimpa. Namun ia tetap tabah. Ia menggantikan Komar sementara. Sebagian orang yang kasihan memberinya kerja cuma-cuma dengan bayaran lumayan: membersihkan rumah dan nyuci baju.

Selain itu ia punya keterampilan mengayam tikar pandan. Karena industri pertikaran semakin menjamur dengan teknologi tingkat tinggi, tikar tradisional semakin tersudutkan. Kini tiba-tiba ada yang memesan tikar padanya. Tidak jelas hanya sebatas iba semata atau memang pemesan pencinta tikar pandan—masih misteri.

Istrinya yang awalnya tabah dengan kondisi Komar, mulai menunjukkan rasa ketidak puasan. Cemberut. Memakai muka masam. Kadang melayangkan ocehan-ocehan yang menyakitkan hati Komar yang terbaring lemas menahan sakit. Angin berhembus yang meniup bara di hati istrinya. Selalu begitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun