“sabar dong sayang, kamu masih puasakan?”istrinya diam dan masih dengan muka kesal. Donto pusing. Meminta pinjaman pada juragan bangunan tidak mungkin, toh pinjaman sebelumnya juga belum lunas. Pinjaman untuk keperluan raadhan. Diperlukan beberapa hari kerja lagi, baru lunas. Si juragan baru mau ngasih pinjaman, jika hutang pinjaman lunas.
Malam itu, Donto tidak khusuk shalat tarawih. Pikirannya ngambang pada uang. Tidak bisa tidur, walaupun kalam ilahi didendang merdu terdengar dari menara Masjid. Biasa dia langsung lelap. Pikirannya kacau. Menafkahi keluarga adalah tanggung jawabnya. Lagipula dia tidak ingin mengulangi perbuatannya pada Ramadhan tahun lalu. Menjarah kebun warga pada malam hari. Ah sangat tidak ingin. Bukan itu. Apalagi puasanya belum tercoreng sama sekali. Dia tidak ingin kertas putih itu, ternodai walau hanya setitik tinta. Cukup tahun sebelumnya, tidak tahun ini dan selanjutnya. Mungkin mengadukan kondisi saat ini pada juragan bangunan untuk meminjam uang, hati juragan itu akan luluh. Semoga saja besok juragan yang hatinya ‘minus’ dermawan itu iba. Sebelum dia tertidur.
Esok harinya, dia bekerja seperti biasa sambil melirik kanan dan kiri. Mencari – cari si pemilik hati minus dermawan. Tidak ada. Hatinya pupus, membuat kerja tidak serius. Dia kebagian sebagai pengaduk adonan, sering dimarahi tukang. “woyy Donto, ini terlalu keras” “ini terlalu lembek” teriak tukangnya. Entah berapa kali hari itu dia dimarahi tukangnya. Tukang dan sesama teman buruhnya ikut heran, tidak seperti biasanya dia begitu.
Suara mobil pick up menderu terdengar mendekat. Telinganya terangkat, seolah mencari sumber suara. Raungan mobil mendekat. Dekat dan semakin dekat terdengar. Hatinya senang sangat, melihat sebuah mobil masuk pekarangan bangunan dengan beban berat. Rupanya juragan datang membawa semen satu pick up. Hatinya senang dan penuh harap. Tidak biasanya juragan datang disore hari. Biasanya selalu mantengin pekerja sambil berkacak pinggang, sama seperti juragan tanggung pada umumnya.
Si juragan memanggil tiga orang untuk membongkar semen. Salah satu Donto. Donto dan dua temannya membongkar semen dengan semangat walaupun puasa. Maklum, didepan juragan. Tidak lebih satu jam satu pick upsemen berhasil terbongkar. Juragan senang dan memberikan beberapa lembar uang sepuluhan sebagai tips.
Waktu kerja sudah habis, juragan hendak beralih pulang tiba – tiba Donto menghampiri dan mengutarakan maksudnya memita ngomong sebentar. Juragan mengiakan. Mulai Donto menceritakan kesulitannya. Menceritakan kalau sampai lebaran sedekat ini anak – anaknya belum punya baju lebaran. Masalahnya dia tidak punya uang untuk membeli. Sijuragan kasihan, terlihat mukanya sedih. Hatinya mungkin luluh pikir Donto. Donto mulai mengatakan kalau dia hendak menambah pinjaman. Juragan kaget sambil mengernyitkan dahi. Dengan cepat dia membuka sebuah buku. Mencari – cari sebuah nama dan mengambil sebuah pulpen. Terpikir dalam hati Donto kalau juragan ingin mencatat tambahan hutang untuknya. Si juragan angkat bicara.
“hutangmu belum lunas, masih perlu beberapa hari kerja lagi. Jadi tidak ada pinjaman, enak saja mau minjam lagi”
“tolonglah pak, saya butuh uang”
“semua orang butuh uang”jawab juragan ketus dan memutus harapan Donto.
“tolonglah pak, kasihani saya. hutangnya pasti saya lunasi”
“ya sudah kalau kamu butuh uang....” juragan kelihatan mikir. Hati Donto mulai senang.