Mohon tunggu...
GayGuy HappyGuy
GayGuy HappyGuy Mohon Tunggu... -

Hanya ingin menjadi jembatan bagi kedua kaum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lingkaran Setan Homoseks dan Homophobic (=Anti Gay)

14 Agustus 2010   14:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:02 4269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebelum memasuki bagian ini, aku hendak mengatakan bahwa semua ini hanyalah hasil pemikiranku. Jadi jika ada yang menentangnya, itu sah saja. Bagaimanapun juga, tingkat kecerdasan, pengalaman dan pemahaman orang itu berbeda – beda,jadi wajar memiliki pendapat yang berbeda.

Kepada kaum homoseks, khususnya untuk para kaum homoseks yang sangat tergila – gila akan seks, lebih baik kalian berpikir ribuan kali untuk menyalurkan hasratnya melalui perbuatan maupun ucapan. Pandangan salah di masyarakat yang mengatakan bahwa gay adalah penyebar HIV itu tidak muncul begitu saja dengan ajaibnya. Semuanya itu terbentuk karena banyak dari kaum gay yang mencintai permainan seks. Alasan tidak mungkin hamil serta lubang anus lebih nikmat hanyalah alasan kekanak-kanakkan untuk menyalurkan hasrat kepada banyak lelaki. Setialah pada pasangan yang telah didapatkan. Cintai dia, milikmu seorang. Mungkin memang tidak mudah menjalin hubungan dengan seseorang sehingga harus berganti pasangan lagi tapi setidaknya jangan rendahkan dirimu sendiri dengan membuka lubang dan mengumbar burung untuk umum! Jika saja kaum homoseks yang seks oriented mau menghentikan kebiasaannya, kemungkinan jumlah kaum homoseks yang menjadi jomblo karena tidak percaya akan adanya cinta sejati dalam dunia homoseks pun akan berkurang. Hal ini akan memudahkan kaum homoseks untuk menemukan cinta sejatinya dalam komunitasnya sendiri. Ingat, jumlah komunitas homoseks itu sangatlah sedikit dibandingkan komunitas heteroseks. Kemungkinan untuk menemukan orang yang tepat sangatlah kecil, haruskah semakin dirusak dengan semua permainan ksatria menunggangi kuda seperti itu? Pandangan buruk masyarakat terhadap kaum homoseks mungkin masih akan ada bahkan jika kebiasaan buruk ini dapat dikurangi,tapi pikirkanlah lagi, efeknya bukan hanya keluar komunitas homoseks tapi juga ke dalam komunitas homoseks itu sendiri. Selain kemungkinan kaum homoseks mendapatkan cinta sejati itu semakin membesar, kemungkinan penyebaran HIV serta penyakit – penyakit kelamin mengerikan lainnya akan semakin mengecil di dalam komunitas homoseks.

Selain itu, berhentilah berusaha mencari pembenaran terutama di dalam kitab suci agama – agama (khususnya Samawi) karena jelas sudah bahwa PERILAKU homoseks itu adalah salah dalam sudut agama! Berhentilah membelok-belokkan ayat untuk membenarkan identitas diri kalian. Karena ketika kaum homoseks berusaha membelok-belokkan ayat, hal itu menimbulkan reaksi lebih keras lagi homophobic dari kaum religious. Tak akan ada homoseks yang bisa menang melawan dogma suci, paling maksimal sekalipun kalian hanya akan terjebak dalam debat kusir yang tak berujung. Kaum homoseks = pendosa. Itu sudah jelas dan tak bisa dibantahkan lagi. Tapi yang perlu kaum homoseks ingat adalah kalian tak perlu mengutuk diri kalian sendiri. Orientasi seksual tidak menjamin kebaikan seseorang. Nilai kebaikan seseorang ditunjukkan melalui apa yang mereka perbuat, bukan apa yang mereka suka apalagi siapa mereka. Karena itu, terimalah diri kalian dengan damai. Bersahabatlah dengan diri kalian, entah kalian mau tampil terbuka atau tertutup, itu kembali kepada pilihan kalian masing – masing.

Sedikit kabar baik untuk kaum homoseks yang sudah bisa menerima dirinya apa adanya dan hendak memutuskan untuk menjadi terbuka atau tertutup kepada dunia: tidak semua kaum heteroseks adalah kaum homo-phobic. Mungkin komunitas di sekitar kalian adalah komunitas yang sangat menentang habis – habisan kaum homoseks. Tapi kalian tak bisa menilai seluruh orang di dunia hanya dengan melihat komunitas sekitar kalian saja. Kalian harus melakukan sesuatu mengenai diri kalian dan komunitas sekitar kalian, itu sudah sebuah keharusan agar kalian bisa lebih berbahagia setelah kalian bisa menerima diri kalian sendiri.

Jika kalian menutupi diri kalian dari komunitas sekitar kalian yang sudah jelas menentang homoseks dan merasa tersiksa karena berpikir lebih baik terbuka tapi tak akan bisa menemukan komunitas yang tepat, itu artinya kalian kurang pengetahuan, kurang pergaulan dan kurang keyakinan. Jika kalian menutupi diri kalian dari komunitas sekitar kalian yang menentang homoseks, merasa tersiksa karena ingin diterima oleh komunitas tapi tidak mau mencari komunitas lain padahal tau bahwa tidak semua heteroseks adalah homophobic, itu artinya kalian pengecut yang tidak berani mengambil resiko untuk mendapatkan apa yang kalian mau. Jika kalian sudah mengetahui bahwa komunitas kalian akan menolak homoseks tapi kalian tetap mengakui diri kalian terhadap mereka, itu artinya kalian nekat dan bodoh. Kalau komunitas kalian menolak kalian saat kalian mengakui orientasi asli kalian, lalu kalian mencari komunitas lain karena yakin ada yang bisa menerima kalian, itu yang baru bisa disebut salah perhitungan tapi berani. Bila kalian sudah tau komunitas sekitar kalian akan menolak kalian dan kalian segera mencari komunitas lain, memperhitungkan dengan matang apakah mereka akan menerima kalian serta mengakui diri kalian serta saat kalian tahu secara pasti bahwa komunitas tersebut akan menerima kalian baru kalian terbuka, itu yang bisa disebut dengan penuh taktik. Sama penuh taktiknya saat kalian menutupi diri kalian dari komunitas sekitar kalian yang membenci homoseks dan bisa menikmati saat – saat mencintai sesama jenis secara tertutup tanpa ada keinginan sedikit pun untuk tampil terbuka. Tapi seperti yang aku sudah sebutkan di atas, semuanya adalah pilihan setiap individu dalam kaum homoseks masing – masing.

Untuk homophobic yang selalu berlindung di bawah ketiak agama, sadarlah bahwa agama mengutuk PERILAKU bukan PELAKU! Yang dibutuhkan oleh kaum homoseks bukanlah cacian makian ataupun persetujuan dari agama untuk menjadi homoseks. Tapi keinginan untuk diterima seperti layaknya manusia berdosa lainnya. Tekanan khusus yang begitu hebat diciptakan oleh kaum homophobic religious sangatlah menyiksa kehidupan seorang homoseks karena di dalam agama, Tuhan lah yang dianggap bicara. Secara absolute tak boleh dibantah, tapi harus disadari bahwa semua cacian, larangan dan hukuman yang diciptakan oleh kaum homophobic religious menciptakan kekacauan yang lebih parah lagi dan bahkan berdampak secara tidak langsung kepada interaksi terhadap heteroseks itu sendiri. Agama adalah pencegah kekacauan, seharusnya, sebagai penganut yang baik dan taat bisa berpikir panjang sebelum membawa nama agama untuk menciptakan kekacauan secara tidak langsung. Berikanlah kebebasan untuk memilih menjadi dirinya sendiri, itulah yang sangat diinginkan oleh kaum homoseks dari kaum homophobic religious. Biarkan saja Tuhan yang menghukum nantinya,jika memang benar Tuhan membenci pendosa, tapi manusia tidak perlu membenci sesamanya agar dunia ini bisa menjadi dunia yang lebih baik untuk dihuni siapapun.

Terlepas dari alasan agama, ada pula kaum homophobic social yang menganggap bahwa kaum homoseks selalu menimbulkan kekacauan dalam kehidupan sosial. Mereka biasanya mengecam homoseks karena dianggap sebagai maniak seks, penyakit mental yang menular, tidak bisa meneruskan garis keturunan keluarga,bahkan tidak jarang juga dianggap sebagai lebih berpotensi untuk melakukan kejahatan.

Dengan sangat jujur, kaum homoseks mengakui bahwa ada penjahat – penjahat kelamin di antara mereka yang bahkan sangat menjijikkan bagi kaum homoseks lainnya. Tidak semua kaum homoseks mencintai seks. Semua itu bagaikan nila setitik, rusak susu sebelanga. Sama halnya seperti segelintir kaum homoseks yang berpikir bahwa kaum heteroseks mustahil menerima mereka apa adanya, demikian juga adanya kesalahpahaman pandangan di antara kaum homophobic yang berpikir bahwa kaum homoseks semuanya adalah pencinta seks. Bagaimanapun juga, kaum heteroseks sendiri juga memiliki banyak jumlah penjahat kelamin bukan?

Ada juga yang berpikiran bahwa kaum homoseks harus dihindari oleh kaum heteroseks agar tidak tertular homoseksualitasnya atau untuk berjaga – jaga agar tidak diperkosa oleh mereka karena kaum homoseks selalu menyukai semua orang dari sesama jenisnya. Ayolah,homoseksualitas itu bukanlah penyakit mental yang menular ke lingkungan social! Jika seorang heteroseks tiba – tiba saja menjadi homoseks, maka itu disebabkan oleh pilihannya sendiri. Beberapa homoseks mungkin cukup nekat untuk melanggar habitat dengan memperkosa heteroseks, tapi hal itu tidak menjadikan seluruh homoseks adalah pemerkosa! Beberapa homoseks menyadari homoseksualitasnya begitu saja, bukan karena pengaruh lingkungan. Hal ini juga menunjukkan bahwa jelas homoseksualitas bukanlah penyakit menular. Bukan pula penyakit mental, karena seorang homoseks menyadari sepenuhnya apa yang mereka lakukan dan bisa hidup berbahagia sebagai seorang homoseks. Berbeda dengan seorang skizofrenia yang bahkan tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan sekalipun seringkali ada penderita skizofrenia yang terlihat tertawa – tawa bahagia. Mengenai pandangan bahwa kaum homoseks selalu menyukai SEMUA ORANG dari sesama jenisnya adalah sebuah pandangan yang salah. Sama seperti kaum heteroseks yang tidak selalu menyukai semua orang dari lawan jenisnya, kaum homoseks juga memiliki kriteria – kriteria orang yang disukainya. Jadi, jika ada seorang heteroseks yang menjauhi seorang homoseks karena takut akan disukai dan ditaksir oleh homoseks tersebut, ada baiknya heteroseks itu mengaca terlebih dahulu apakah tubuh dan wajahnya sudah sempurna hingga bisa langsung disukai atau tidak oleh orang lain. Dalam kalimat gaulnya : “Please deh, kayak muka lu kecakepan aja mikir bakalan langsung disukain sama homo!?”

Ketidakmampuan seorang homoseks untuk meneruskan garis keturunan keluarga juga selalu menjadi bahan gunjingan keluarga di saat seorang anggota keluarganya mengakui dirinya sebagai seorang homoseks, terutama apabila homoseks itu adalah seorang gay satu-satunya di dalam keluarga mereka. Pikirkan lagi yang mana yang lebih berharga : kebahagiaan individual anggota keluarga anda atau garis keturunan keluarga? Jika anggota keluarga lainnya berpikir bahwa sangatlah egois untuk orang tersebut meneruskan hidupnya sebagai seorang homoseks karena ingin mendapatkan kebahagiaannya tersendiri, ada baiknya juga untuk mereka berpikir apakah mereka tidak lebih egois untuk berpikir bahwa harus ada yang meneruskan garis keturunan keluarga yang tidak menjamin kebahagiaan gay yang menjalani hidupnya itu sendiri? Untuk pertimbangan konyol saja : dunia ini juga sudah terlampau padat dan masih banyak anak – anak terlantar karena ulah heteroseks yang hanya ingin enaknya saja yang bisa diadopsi sebagai anak dari gay tersebut. Tak perlu khawatirkan juga apa jadinya seorang anak apabila dibesarkan oleh gay, banyak orang tua tunggal di luar sana yang bisa merawat anaknya dengan baik dan juga orang tua yang heteroseks saja tidak selalu menghasilkan anak yang heteroseks kok, jadi bukan berarti anak adopsi yang akan dirawat dan tumbuh besar oleh seorang gay akan menjadi gay juga kan?

Kecaman kepada kaum homoseks sebagai kaum yang lebih berpotensi melakukan kejahatan juga merupakan sebuah penghakiman yang tidak berdasar dan kemungkinan besar disebabkan karena ketidaktahuan. Kaum homoseks seringkali dianggap lebih mudah membunuh karena posesif akan pasangannya, padahal itu semua tidak benar. Aku tahu ini bukan contoh yang baik, tapi setidaknya bisa lebih menepis anggapan bahwa homoseks itu posesif, tapi perlu diketahui banyak kaum homoseks yang menjalanin hubungan terbuka dalam arti mereka hanya berstatuskan pacaran saja tapi bisa bercinta dengan orang manapun yang mereka mau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun