Perbedaan itu justru mendatangkan kekayaan bagi saya. Selain itu dibiara juga saya mengalami yang namanya  sama rata dan sama rasa. Tidak ada perbedaan atau kesenjangan antara tua dan muda. Semua menjadi saudara yang saling mendukung antara yang satu dengan yang lain. Memang tidak mudah,tapi berkat ketekunan dan kerelaan serta keterbukaan hati memamukan saya untuk melakukannya.
Baca juga: Pesan Paskah Paus Fransiskus: Kristus yang Bangkit adalah Harapan bagi Semua yang Terus Menderita
Menjadi seorang religius konsekuensi pertama yang harus ditanggung ialah siap diutus. Siap diutus melayani ketempat mana yang ditunjuk oleh pimpinan. Sikap siap sedia itu dapat ditunjukkan melalui kemampuanku untuk Beradaptasi dengan situasi baru.Â
Tentu  bukan hal mudah untuk selalu memulai yang baru ,mulai dari bahasa,kebiasan,adat istiadat dan segala macamnya itu membuat saya harus berjuang dan berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan setempat bagaimana supaya pelayanan saya dapat berjalan dengan baik. Entah bagaimanapun keadaan yang saya jumpai ,yang pertama saya ingat bahwa mereka adalah saudara saya.
Ketika saya mampu menganggap mereka sebagai saudara maka dengan sendirinya akan muncul sikap saling menghargai dan relasi atau komunikasi dapat berjalan dengan baik. Dengan menganggap mereka sebagai saudara mereka juga akan menganggap saya sebagai saudara sehingga dapat saling mendukung,saling memotivasi dan berlomba untuk memberikan yang terbaik dari diri masing-masing untuk mewujudkan hidup yang damai dan bahagia.
Bukan saja hanya di komunitas atau tempat pelayanan melainkan disegala tempat dimana saya berada sikap saling menghargai itu penting. Seperti yang tertulis dalam KS lakukanlah apa yang kamu inginkan dilakukan oleh orang lain terhadapmu. Tentu saya berharap orang lain melakukan yang terbaik untuk saya maka saya terlebih dahulu untuk melakukan yang terbaik terhadap orang lain.
Dimasa pandemi ini tentu kita rindu dengan yang namanya damai dan setiap kita pasti menginginkan itu. Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah kita sudah menjadi saudara bagi yang lain ? atau justru sebaliknyadimasa yang sulit ini justru menjadi predator bagi yang lain.Â
Oleh karena itu di tengah situasi global yang babak belur dihantam oleh Covid-19, Paus Fransiskus mengajak kita semua untuk membangun budaya persaudaraan sebagai kesempatan untuk memulihkan kembali kesehatan dunia yang sedang rusak dan berdarah.
Baca juga: Memaknai "Datang dan Lihatlah", Pesan Paus Fransiskus di Hari Komunikasi Sedunia 2021
Mari kita berperang melawan ketidakpedulian, tidak mengobarkan perang kata-kata tetapi menyebarkan dan mengobati dunia dengan kasih Tuhan, tegas Paus Fransiskus. Budaya persaudaraan memaksudkan setiap orang untuk mencintai dan menghargai orang lain dan bangsa lain.Â
Paus dalam Fratelli Tutti menggambarkannya dengan "orang Samaria yang baik hati". Kita tahu dengan baik dia seorang asing namun ia membawa harapan bagi yang membutuhkan,bahkan memberikan apa yang dia miliki demi kebaikan orang lain.