Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Manfaatkan Regional Payment Connectivity, Petani Kopi Nusantara bisa Pangkas Rantai Distribusi

20 Juni 2023   13:29 Diperbarui: 20 Juni 2023   13:37 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari rekam statistik, ekspor kopi Nusantara mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bank Indonesia sendiri dikenal sebagai salah satu komponen bangsa yang turut dalam upaya meningkatkan ekspor kopi Nusantara. Melalui Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah yang menjadi mitranya, pada 2021 Bank Indonesia Jawa Barat, sukses membukukan ekspor perdananya ke Arab Saudi sejumlah 18 ton.

Kendati demikian, karena beberapa faktor, jumlah petani kopi Nusantara yang menjual langsung produknya ke konsumen di luar negeri masih sedikit. Salah satu indikasinya  terlihat dari sedikitnya kopi Nusantara yang dijual di "supermarket online" Amazon.com.

Kopi robusta Sumedang siap digiling dan disajikan (Sumber: Dok. Gatot Swandito)
Kopi robusta Sumedang siap digiling dan disajikan (Sumber: Dok. Gatot Swandito)

Jangankan menjual langsung ke konsumennya di luar negeri, menjual langsung ke konsumen di dalam negeri pun masih sedikit. Kopi Arjasari, misalnya, dari 200 ton hanya 3,8 persen yang dijual langsung ke konsumennya. Sementara 75 persen dari kopi yang dihasilkan oleh warga Desa Mekarjaya Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung, ini dijual ke pengepul. 

Sebagaimana yang dipublikasikan dalam "Rantai Distribusi Kopi Dalam Peningkatan Kesejahteraan Petani Kopi di Kabupaten Dairi", panjang-pendeknya rantai distribusi kopi mempengaruhi harga jual kopi. Akibatnya tingkat kesejahteraan petani kopi pun ikut terpengaruh.

Tingkat kesejahteraan petani kopi arabika di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, misalnya. Pada rantai distribusi pendek terdapat 91,67 persen petani yang tidak miskin dan 9.33 persen lainnya miskin (dalam penelitian itu kesejahteraan petani kopi dibagi menjadi tidak miskin dan miskin) . Sedangkan, pada rantai distribusi kopi arabika yang panjang terdapat 76 persen petani yang tidak miskin dan 24 persen miskin.

Padahal, dengan hanya menjual langsung 3.8 persen kopinya ke konsumen, kesejahteraan petani kopi di Desa Mekarjaya sudah meningkat tiga kali lipat.

"Dulu waktu saya kesana, jalannya jelek. Sekarang, jalannya sudah mulus, rumah-rumah juga bagus-bagus," ujar Teddy Darmono, pemilik kedai kopi di Jalan Pilang Raya, Cirebon, Jawa Barat.

Bayangkan bila lebih banyak lagi kopi yang bisa dijual secara langsung ke konsumennya, baik di dalam maupun di luar negeri.

Manfaatkan Regional Payment Connectivity, Petani Kopi Nusantara dapat Pangkas Rantai Distribusi

Dengan memanfaatkan teknologi digital seperti saat ini, sebenarnya petani kopi dapat lebih meningkatkan penjualan langsungnya (direct selling) ke konsumen, baik itu di dalam negeri maupun di luar negeri. Melalui marketplace, misalnya. Atau membuat website sendiri.

Dan, sebagaimana yang diberitakan, Bank Indonesia sendiri giat mendukung perluasan akses pasar baik di dalam negeri maupun luar negeri melalui berbagai promosi perdagangan yang dilakukan bekerja sama dengan kantor perwakilan Bank Indonesia di luar negeri. Dalam giat ini juga Bank Indonesia juga turut mensosialisasikan digitalisasi pembayaran melalui QR Code.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun