Puncak gelaran KTT G20 Presidency Indonesia 2022 tinggal 5 hari lagi. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sebagai penjembatan komunikasi bakal menghadapi tantangan terkait semakin memanasnya politik global. Besar kemungkinan G20 Indonesia 2022 yang dihelat di Bali lebih panas dari G20 Turki 2015. Dan, sekali lagi, Presiden Rusia Vladimir Putin, sekalipun hanya hadir secara virtual, bakal kembali menjadi "kompornya".
Putin Bisa saja "Ngebom" Bali
"Berdasarkan data kami tentang pembiayaan ISIS, uang tersebut, sebagaimana hasil pengamatan kami, berasal dari 40 negara dan ada beberapa anggota G-20 di antara mereka," kata Putin dikutip Tempo.co pada 16 November 2015.
Lantas, Putin kebutuhan mendesak untuk membekukan perdagangan minyak ilegal oleh ISIS. Tak hanya di situ, Putin mengatakan telah menunjukkan foto yang diambil dari angkasa dan dari pesawat. Â Dari foto yang ditunjukkannya, terekam jelas konvoi truk tangki minyak yang dikendarai oleh milisi ISIS.
"Iring-iringan kendaraan pengisian bahan bakar membentang puluhan kilometer, sehingga dari ketinggian 4.000-5.000 meter mereka tampak sangat luas di cakrawala," lanjut Putin.
Pada saat yang hampir bersamaan media-media Rusia merilis video yang membuktikan kebenaran tuduhan Putin.
Sekalipun Putin mengingatkan bahwa ajang KTT G20 bukanlah saat yang tepat untuk mencari tahu negara mana yang dimaksudnya, namun delegasi Amerika yang dipimpin Presiden Barack Obama seoleh kebakaran Jenggot. Begitu pula dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Gegara pernyataan keras Putin tersebut, tuan rumah Turki menyiapkan pertemuan khusus antara Putin dan Obama. Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar setengah jam tersebut, keduanya membahas situasi di Suriah dan Ukraina.Â
Putin memang sudah memastikan tidak menghadiri G20 Indonesia 2022. Begitu pula Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Namun bukan berarti Putin tidak mampu meluncurkan "rudal-rudal" berhulukan kalimat-kalimat keras nan pedasnya. Dan, Putin bisa "ngebom" Bali.
Bomber B-52 Ancaman AS untuk Indonesia
Jelang perhelatan G20 Indonesia 2022 yang digelar di Bali pada 15-16 November 2022, beredar informasi yang mengatakan Amerika Serikat telah mengirim enam pesawat bomber B-52 ke salah satu pangkalan militernya di Darwin, Australia yang jaraknya hanya sekitar 2.000 km dari Jakarta. Sebagaimana diketahui, bomber andalan AS dipersenjatai rudal berhulu ledak nuklir. Karuan saja, tindakan ini membuat Indonesia resah.
Benar, hampir di setiap pertemuan internasional yang diadakan di luar negeri, AS menyiagakan kapal induknya di sekitar negara penyelenggara. Di atas kapal induknya, tentara AS bersiap dengan pesawat-pesawat super canggihnya. Bukan pesawat pembom B-52 yang diparkir dekat negara penyelenggara seperti saat Indonesia menggelar G20.
Ancaman terhadap Presiden AS Joe Biden memang meningkat setelah pada 2 November 2022, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran Ayatollah Seyyed Ali Khamenei mengingatkan kembali sumpahnya untuk membalas kematian Jenderal Qassem Soleimani yang dibunuh AS pada awal 3 Januari 2020. Iran pun menuduh AS menunggangi aksi unjuk rasa anarkis anti-pemerintah Iran yang sudah berlangsung lebih dari satu bulan.Â
Namun sangat berlebihan bila AS merespon ancaman Iran tersebut dengan memarkirkan bomber B-52 berhulu ledak nuklirnya di Darwin.
Besar kemungkinan bomber B-52 sesungguhnya merupakan simbol AS untuk mengancam Indonesia. Karena sebelumnya pun AS telah mengirimkan ancamannya kepada Indonesia.
Pada 3-29 September 2020, Skuadron "29th Attack Squadron" Angkatan Udara AS menggelar latihan perang di Pulau San Clemente, sekitar 60 mil di lepas pantai California ini. Tiga drone MQ-9 Reaper dilibatkan dalam latihan ini. Dalam latihan yang dinamai Agile Reaper 2020 ini, peserta latihan menggunakan seragam dengan badge bersiluetkan mirip peta Indonesia. Namun kala itu, tak seorang pun pejabat Indonesia yang mengomentarinya. Bahkan, media nasional pun tidak memberitakannya.
Maka. bisa dikatakan, pengiriman B-52 merupakan ancaman nyata militer AS kepada Indonesia.
Terlebih, sebelumnya pada 7 Oktober 2022, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI menolak usulan penyelenggaraan debat tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) kepada muslim Uighur di Xinjiang, China, di Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang digagas AS.
Dengan penolakan tersebut, sekalipun Indonesia beralasan tidak ingin Dewan HAM PBB dipolitisasi oleh negara yang berkepentingan, namun sikap Indonesia tersebut dianggap sebagai pengukuhan keberpihakannya pada China.Â
Pandangan pemerintah AS atas posisi Indonesia ini dikuatkan dengan keluarnya laporan tahunan Departemen Pertahanan ke Kongres, yang berjudul "Military and Security Developments Involving the People's Republic of China".
Dalam laporan tahunan yang dipublikasikan pada 1 September 2020 itu, AS menyebut China tengah merencanakan sejumlah pembangunan pangkalan militer di sejumlah negara. Salah satu negara yang disebutkan dalam laporan tersebut adalah Indonesia.
"The PRC has likely considered locations for PLA military logistics facilities in Myanmar, Thailand, Singapore, Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, United Arab Emirates, Kenya, Seychelles, Tanzania, Angola, and Tajikistan. The PRC and Cambodia have publicly denied having signed an agreement to provide the PLAN with access to Cambodia's Ream Naval Base."
Khusus kepada Indonesia, sikap Amerika Serikat juga disinyalkan dengan tidak dikunjunginya Indonesia oleh Wakil Presiden AS Kamala Harris saat melakukan lawatan ke Asia Tenggara pada Agustus 2021.Â
Strategi Komunikasi Kominfo Ditantang
Putin yang dikenal blak-blakan bisa saja melemparkan "bom-bom" katanya saat pelaksanaan KTT G20 Indonesia 2022. Selain karena Putin hadir secara virtual yang mengharuskan Kominfo menyediakan fasilitas internet yang memadai, Kominfo sebagai humas G20 juga ditantang untuk mampu menjaga "suhu" G20 agar tetap terkendali. Untuk itu, Kominfo perlu mengoptimalkan pelaksanaan strategi komunikasi publiknya.
Dalam pelaksanaan Presidensi G20 Indonesia, Kominfo telah menggandeng sejumlah media asing, di antaranya Al Jazeera, South China Morning Post, Times Magazine, Bloomberg dan The Economist.
Menurut Menkominfo Johnny G Plate pihaknya telah membagi peliputan oleh media partner dalam dua kegiatan.
"Pertama, peliputan kegiatan leaders' meeting di Candi Ballroom dan social lunch di Apurva oleh Sekretariat Negara. Kedua, peliputan pada saat kedatangan leaders menjadi tugasnya TVRI, yang kegiatannya terpusat di Lobby Apurva dan kegiatan di Taman Hutan Rakyat Ngurah Rai. Sedangkan, untuk peliputan dinner bersama para delegasi di Garuda Wisnu Kencana (GWK) tidak dilakukan peliputan," terang Johnny melalui siaran persnya pada 22 Oktober 2022.
Namun, situasi global semakin sulit ditebak. China yang semakin memamerkan "taring dan cakarnya" kepada Taiwan serta rencana AS mengirimkan senjata-senjata nuklirnya ke negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara ( NATO ) adalah indikatornya. Sementara, Joe Biden yang masih merencanakan kehadirannya di G20 Indonesia mendapat ancaman dari Iran.
Melihat pergerakan militer As dan China yang masif, Kominfo perlu menjelaskan posisi netral Indonesia kepada dunia. Hal ini sangat penting mengingat posisi Indonesia yang terkepung oleh dua kekuatan besar yang tengah menegang. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H