Karenanya, diakui atau tidak, video pengakuan Moeldoko tersebut telah menjadi bagian dari rangkaian kekonyolan Moeldoko dalam kasus pengambilalihan paksa kepemimpinan Partai Demokrat yang mencuat sejak akhir Januari 2021.
Tuduhan Moeldoko kepada AHY beserta loyalisnya sebagai penganut ideologi yang mengancam bangsa, khususnya cita-cita menuju Indonesia Emas 2045 juga mencerminkan ketidakmatangan, atau setidaknya kecerobohan Moeldoko dalam membangun narasi negatif terhadap pihak-pihak yang dianggap lawannya.
Lebih dari itu, dengan pengakuan yang diunggah lewat akun Instagramnya itu, Moeldoko secara langsung telah menguatkan polarisasi di antara sesama anak bangsa yang telah berlangsung sejak Pilgub DKI 2012 dan terus menguat setelah memasuki masa Pilpres 2014.Â
Bahkan, dengan alasan ideologi yang digunakannya itu, sulit bagi Moeldoko menghindar dari stigma jika dirinya merupakan bagian pelaku pembelahan bangsa.
Blunder-blunder yang dilakukan oleh Moeldoko dengan memanfaatkan isu bom buduh diri yang terjadi di Gereja Katedral di Makassar tersebut seharusnya menjadi rujukan bagi Presiden Jokowi untuk mengevaluasi kedudukan Moeldoko sebagai KSP. Sebab, mau tidak mau, blunder-blunder Moeldoko tersebut berpotensi lebih menyudutkan posisi Jokowi dalam kisruh Partai Demokrat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H