Keyakinan Moeldoko mengenai masuknya kelompok radikal ke tubuh partai politik mulai terbukti. Salah satunya trjadi di tubuh PD yakni ketika eks Sekretaris FPI Munarman menawarkan untk memberikan bantuan kpd AHY sbg perwakilan kubu Cikeas di bwh komando SBY.#MoeldokoBentengNKRI pic.twitter.com/GcoPgTucFn--- ola-hope (@hopegiacinta) March 29, 2021
Tanpa disadari, sejatinya Moeldoko telah menciptakan, sedikitnya, empat blunder untuk dirinya sendiri.
Pertama, Moeldoko telah merendahkan kedudukannya sebagai Kepala Staf Presiden yang notabene secara operasional merupakan tangan kanan Presiden RI menjadi hanya selevel buzzer.Â
Pasalnya, dengan menarasikan AHY serta loyalisnya sebagai penganut ideologi yang mengancam bangsa, Moeldoko telah berlaku layaknya buzzer yang gencar menstigma kelompok lawan atau oposisi Presiden Jokowi sebagai penganut ideologi Islam radikal yang mengancam NKRI.
Kedua, bagaimanapun juga AHY yang berpangkat terakhir mayor TNI Angkatan Darat adalah mantan anak buah Jenderal (Purn) Moeldoko sewaktu keduanya masih sama-sama aktif di kedinasan TNI.
Jika Mayor AHY terpapar ideologi yang mengancam bangsa seperti yang dinarasikan Moeldoko, artinya sebagai atasan Moeldoko tidak sanggup mendidik serta melindungi anak buahnya dari paparan ideologi yang berbahaya.Â
Ketiga, video pengakuan Moeldoko diunggah hanya sekitar 2 jam setelah terjadi serangan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar. Dengan begitu, sulit bagi Moeldoko untuk menghindari tuduhan jika dirinya dengan telah memanfaatkan isu teroris demi kepentingan pribadinya. Sekali lagi "Isu teroris, bukan "aksi teroris".
Indikasi penunggangan isu terorisme oleh Moeldoko ini semakin kuat jika mencermati cuitan-cuitan akun-akun Twitter pendukung Moeldoko yang mengkapitalisasi isu teror Gereja Katedral Makassar sebagai amunisi yang ditembakkan ke arah SBY dan AHY.
Keempat. Pemanfaatan aksi teror Gereja Katedral demi kepentingan pribadi dan politik justru menunjukkan bahwa Moeldoko tidak memiliki empati terhadap korban. Â Tentu saja hal ini bertentangan dengan poster "Pray for Makassar" yang diunggah Moeldoko lewat akun-akun medsosnya.Â
Kelima. Setiap terjadi aksi teror, sejumlah pihak mencurigai sejumlah pihak sebagai otak di balik aksi tersebut. Tentu saja kecurigaan tersebut mudah dipatahkan karena hanya menggunakan teori konspirasi tanpa adanya bukti.
Tetapi, lantaran blunder keempat Moeldoko tersebut, video yang diposting Moeldoko bisa dijadikan sebagai bukti bahwa aksi teroris memang didalangi oleh pihak-pihak yang dicurigai tersebut.