Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Konflik Demokrat Posisikan Jokowi seperti Bima dalam Lakon "Dewa Ruci"

14 Maret 2021   13:40 Diperbarui: 14 Maret 2021   13:47 1314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam lakon yang diciptakan Sunan Kalijaga itu, Dorna memerintahkan Bima untuk mencari air kehidupan. Sebagai murid yang patuh, sekalipun mendapat tentangan dari saudara-saudaranya, Bima tetap melaksanakan perintah dari gurunya itu.

Dengan tekad bulat Bima menuju Gunung Candramuka, tepatnya di Rimba Palasara. Kemudian Bima memasuki gua yang berada di lereng gunung. Di situ ia bertemu dengan dua raksasa: Rukmuka dan Rukmakala. Setelah melalui pertempuran yang dahsyat, Bima berhasil mengalahkan keduanya.

Ternyata, kedua raksasa itu jelmaan Bhatara Indra dan Bhatara Bayu. Melalui suara batinnya, Bima mendengar kedua dewa itu berkata bila Dorna telah berdusta. Tirta kehidupan itu tidak berada di Candramuka.

"Wahai cucuku yang sedang bersedih. Engkau mencari air kehidupan dan tidak menemukannya. Karena engkau tidak mendapat bimbingan yang benar tentang tempat benda yang kau cari itu. Sungguh menderita dirimu," kata suara batin yang didengar Bima.

Meskipun telah memahami situasi yang dihadapinya, Bima menunaikan perintah gurunya. 

Begitu juga dengan Jokowi. Jokowi sejatinya sudah mengetahui duduk perkara konflik yang terjadi di internal Partai Demokrat. 

Jokowi pun menyadari sepenuhnya bila terpilihnya KSP Moeldoko sebagai Ketum Demokrat berdampak pada ketegangan di lingkungan Istana. Cuitan Ade Armando mengisyaratkan adanya kelompok-kelompok di lingkungan sekitarnya yang tengah mengincar kursi KSP yang tengah diduduki Moeldoko.

Posisi Moeldoko sebagai KSP memang sangat strategis. KSP, bisa dikatakan, merupakan tangan kanan presiden. Sebagai tangan kanan presiden yang dalam keseharian berada langsung di samping presiden, posisi Moeldoko sebagai KSP lebih strategis daripada Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Karenanya tidak mengherankan bila saat ini terbaca dengan sangat jelas ada kelompok-kelompok pendukung Jokowi yang tengah mencoba mendongkel posisi Moeldoko untuk menggantikannya..

Sekalipun begitu, isyarat dari kelompok-kelompok yang menginginkan Jokowi mencopot Moeldoko ini tidak bisa secara serampangan dianggap negatif. Bisa jadi kelompok-kelompok itu bagaikan Hanoman yang tetiba muncul di hadapan Bima. Hanoman menghadang Bima untuk mengingatkan agar Bima tidak melanjutkan pencarian air kehidupan yang dapat membinasakan jiwanya. 

Jika salah dalam mengambil keputusan soal posisi Moeldoko, justru Jokowilah yang terkena getahnya. Tidak menutup kemungkinan bila kelompok-kelompok itu nantinya akan menagih secara terbuka janji Jokowi saat Pilpres 2019. Ini sudah dibuktikan ketika Adian Napitupulu menagih janji Jokowi terkait jabatan di BUMN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun