Sederet Pertanyaan Terkait Corona yang Tak Butuh Jawaban
Pada 27 Maret 2020 beredar video yang diunggah Narasi TV lewat Youtube. Video yang diberi judul "CEROBOH DI CIANJUR: Jejak Buram Pemerintah Menangani Pandemi COVID-" ini mengupas kesimpangsiuran informasi tentang hasil tes pasien Covid-19.Â
Bukan hanya itu, video itu juga menggambarkan secara jelas dan runut inkonsistensi dan kecerobohan pemerintah pusat dalam menangani pandemi Covid-19.
Pasien yang dimaksud Narasi TV adalah pegawai PT Telkom yang bekerja di Bekasi, Jawa Barat. Ia meninggal pada 3 Maret 2020 pukul 04.00 WIB. Kejanggalan muncul, menurut Narasi TV, Â hanya dalam waktu 9 jam atau pada pukul 13.00. Kemenkes sudah menyatakan bahwa pasien Cianjur tersebut negatif Covid-19. Padahal, tes membutuhkan 8-9 jam dan perjalanan dari Cianjur menuju Jakarta memakan waktu 2-3 jam.
Lantaran hasil tes dinyatakan negatif, pihak keluarga hidup sebagaimana biasanya tanpa melakukan isolasi. Keluarga menjalani isolasi setelah pasien dinyatakan positif corona. Menariknya, pihak yang pertama kami mengumumkannya adalah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada 15 Maret 2020.Â
Keesokan harinya, barulah juru bicara pemerintah dalam penanganan Corona Covid-19, Achmad Yurianto, meralat pernyataan sebelumnya dan mengonfirmasi bahwa pasien Cianjur memang positif corona.
Lantas bagaimana dengan mahasiswa Universitas Brawijaya yang dinyatakan positif corona pada 18 Maret 2020?Â
Mahasiswa fakultas teknik tersebut mengaku tidak memiliki riwayat kontak langsung dengan penderita Corona maupun daerah terinfeksi. Akan tetapi, menurut Rektor Universitas Brawijaya, Nuhfil Hanani, sebelumnya orang tua mahasiswa mengalami gejala terjangkit Covid-19 dan meninggal dunia sebelum hasil tes yang menyatakan negatif keluar.
Lantas, kalau tidak pernah kontak dengan penderita corona dan daerah terinfeksi, siapa pembawa virus corona yang menjangkiti mahasiswa Brawijaya tersebut?
Pertanyaan lebih lanjut, mungkinkah kasus di Malang sebelas dua belas dengan kasus di Cianjur?
Begitu juga dengan kasus meninggalnya suspek corona di RS Kariadi Semarang yang meninggal dunia pada 23 Februari 2020 setelah diisolasi selama 4 hari. Sebelum meninggal, almarhum menunjukkan gejala demam, batuk, pilek, dan sesak nafas sepulang dari Spanyol pada 12 Februari 2020 dan mulai menjalani perawatan 5 hari kemudian.Â
Sebagaimana yang diberitakan, sejak Januari 2020 sampai 25 Februari 2020, RS Kariadi sudah menangani sebanyak 24 pasien yang terindikasi virus corona. Empat di antaranya tercatat sebagai warga China, Jepang dan Korea. Menariknya, dari ke-24 pasien tersebut, tidak satupun yang dinyatakan positif corona.Â