Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

ISIS Eks-WNI: Misteri Angka dan Blackmail Erdogan

17 Februari 2020   11:04 Diperbarui: 18 Februari 2020   08:36 2345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tawanan ISIS (Sumber: WALESONLINE.CO.UK)

Kepulangan kombatan dan simpatisan ISIS asal Indonesia bukan saja menimbulkan polemik, tetapi juga sejumlah pertanyaan. Setidaknya ada 2 pertanyaan yang sampai artikel ini diunggah belum terjawab.

Berapa jumlah ISIS asal Indonesia?

Ada banyak rute yang dilalui WNI untuk masuk ke Suriah dan selanjutnya bergabung dengan ISIS. Namun, umumnya WNI tersebut menyusup ke Suriah melewati jalur darat dari Turki. 

Sesampainya di Turki tidak semua WNI bisa langsung masuk ke Suriah. Sebagian dari mereka berhasil ditangkap aparat keamanan Turki untuk selanjutnya dipulangkan ke tanah air.

Sementara WNI yang berhasil masuk ke Suriah pun belum tentu berhasil bergabung dengan ISIS. Sebagian dari mereka terlantar atau diterlantarkan oleh penyalurnya. 

Di Suriah, setelah bergabung dengan ISIS (Di Suriah, selain ISIS ada sejumlah kelompok teroris lainnya), para kombatan ISIS asal Indonesia bertempur di sejumlah medan. Ada kombatan ISIS yang tewas  Ada juga yang berhasil ditawan.

Setelah kantong pertahanan ISIS di Aleppo berhasil direbut pasukan pro Bashar al Assad, Sejumlah kombatan ISIS memilih melarikan diri ke wilayah Turki. sebagian lagi ditangkap dan dipenjara.

Sejumlah kombatan yang melarikan diri ke wilayah  Turki kemudian dimanfaatkan oleh Turki untuk menyerang suku Kurdi. Saat pasukan Turki menggempur wilayah kekuasaan Kurdi, sejumlah penjara tempat menahan kombatan ISIS mengalami kerusakan yang mengakibatkan 750-an kombatan Turki melarikan diri.

ISIS sampai saat ini belum sepenuhnya berhasil dilumpuhkan. Sebagian besar dari kombatan ISIS yang tersisa masih bergerilya di Kota Idlib, kota tempat pimpinan ISIS Abu Bakar Baghdadi diberitakan tewas oleh serangan drone Amerika Serikat. Dan, sekitar 10 ribu kombatan ISIS tengah mencoba bangkit di Irak.

Saat ini Turki tengah bertempur melawan pasukan pro-Assad di Idlib. Seperti saat menyerang Kurdi, Turki juga memanfaatkan kombatan ISIS untuk melancarkan serangan darat.

Dalam situasi yang begitu sengkarut, sulit menghitung jumlah kombatan dan simpatisan ISIS yang masih hidup dan yang berstatus tahanan, baik itu di Suriah, Irak, atau Turki. 


Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menyebut saat ini ada 689 warga negara Indonesia (WNI) yang diduga menjadi teroris lintas negara atau foreign terrorist fighters (FTF). 

Angka ini didapat dari sejumlah sumber, termasuk CIA. Menurut data Badan Intelijen Amerika Serikat ini, 228 orang telah teridentifikasi, sementara sisanya 401 tidak teridentifikasi atau tidak lengkap identitasnya.

Mahfud pun mengaku mendapat data dari Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP). Menurut data ICRP, ada 185 orang WNI yang diduga FTF menyebar di berbagai negara di dunia. 

Apakah 185 orang yang dimaksud, juga termasuk dalam 689 orang yang disebut CIA? Mahfud pun belum bisa memastikannya.

"CIA itu menyerahkan 846, sesudah diteliti dicocokan dengan data kita 157 itu redundant (mubazir). Double, gitu loh. Sehingga yang benar itu 689. Ditambah 185 dari Palang Merah Internasional (ICRC) tapi itu belum ada namanya. Karena ICRC bilang ini kode etik kami tidak menyebut nama orang gitu loh. Jadi yang ada itu 689," kata Mahfud di kantor Kemenko Polhukam Jakarta Pusat pada 13 Februari 2020 sebagaimana yang dikutip Tribunnews.com.

Sebelumnya, saat bertemu Kepala BNPT Suhardi Alius dan Direktur Jenderal Penanggulangan Terorisme Jepang Shigenobu Fukumoto pada 10 Februari 2020, Mahfud menyebut ada 187 warga negara Indonesia (WNI) terkait terorisme yang masih berada di Suriah. 

Dari jumlah tersebut 31 lelaki, sisanya perempuan dan anak-anak. 

"Pokoknya lebih dari enam ribu warga kita di luar negeri yang sekarang diidentifikasi sebagai teroris oleh negara yang mereka datangi," kata Mahfud (Sumber: Tribunnews.com).

Jadi, jumlah WNI yang terlibat FTF di berbagai belahan dunia sudah berbeda-beda. Padahal, angka-angka itu bersumber dari satu "pintu" resmi pemerintah RI yaitu Menko Polhukam Mahfud MD.

Mahfud tidak salah. Pasalnya, sebagaimana pengakuannya, Indonesia hanya mendapatkan laporan dari pihak luar. Bahkan, yang terbaru dari Turki.

"Ya kalau ada, ini silakan saja lapor. Ini enggak ada. Hanya ada laporan dari pihak luar, bukan dari Indonesia. Indonesia sendiri sudah mencari ke sana. Sumbernya juga tidak pernah langsung ketemu orangnya, Ya kita cuma ada laporan, anak sekian. Ini tadi baru ada laporan dari Turki anak sekian, perempuan sekian. Berapa ya, lima atau berapa gitu. Tapi enggak ada paspor, enggak ada apa-apa," tegas Mahfud di kantornya pada 12 Februari 2020 (Sumber: Liputan6.com).


Turki pastinya tidak akan menyebutkan angka pasti jumlah kombatan ISIS yang berada di tangannya. Lantaran, Turki masih akan memanfaatkan kombatan ISIS untuk melancarkan serangan-serangan darat ke wilayah Suriah. 

Seperti yang dilakukan Turki saat menyerang wilayah Suriah yang dikuasai Kurdi pada Oktober 2019. 

Ketika itu, menurut kombatan ISIS yang diwawancarai Independent.co.uk, Turki merekrut dan melatih kembali para kombatan ISIS untuk memimpin invasi ke kantong Kurdi di Afrin, Suriah utara.

Blackmail Erdogan?

Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengaku pemerintah sampai saat ini masih melakukan verifikasi data kombatan ISIS dan simpatisan di Turki dan Suriah.

"Pemerintah akan memverifikasi, mendata karena pada saat di Turki kan ada serangan dari Turki di salah satu wilayah Kurdi sehingga mereka terpencar-pencar. Nah, perlunya ada verifikasi secara detail terhadap orang-orang Indonesia yang jumlahnya 689," ujar Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, pada 12 Februari 2020 (Sumber: Detik.com).

Jika mengacu pernyataan Moeldoko tadi, artinya ke-689 kombatan dan simpatisan ISIS asal Indonesia tersebut berada di Turki dan Suriah.

Pada November 2019, otoritas Turki berencana memulangkan ISIS ke negara asal masing-masing. Turki sendiri tidak menyebut angka. Namun, media menyebut ada 1.200 anggota ISIS yang akan dipulangkan dari Turki.

Angka ini diambil dari jumlah anggota ISIS yang ditahan di penjara di Turki seperti yang diungkap Menteri Dalam Negeri Turki, Suleyman Soylu.

Kemunculan angka 1.200 ini juga menarik. Pasalnya pada 15 Juli 2017, menurut data dari Kementerian Dalam Negeri Turki seperti dilansir News.com.au, total ada 4.957 militan asing ISIS yang ditangkap di Turki. Indonesia menempati urutan kedua dengan total 435 orang dan Rusia menjadi yang terbanyak, yaitu 804 orang.

Artinya, ada ratusan ISIS asal Indonesia yang akan dipulangkan oleh Turki. Jika Turki memulangkannya, Indonesia tidak bisa menolaknya, sekalipun ratusan kombatan dan simpatisan ISIS tersebut sudah membakar parpornya dan meninggalkan statusnya sebagai WNI. 

"Kita tidak mengenal stateless [tak bernegara]. Jadi tidak ada WNI yang mau kembali ke Indonesia kemudian kita halang-halangi kembalinya," kata Dirjen Imigrasi Ronnie F. Sompie pada 5 Juli 2017.

Pernyataan serupa pun disampaikan oleh Direktur bidang pencegahan BNPT, Brigjen Polisi Hamidin.

"Tidak ada prinsip kita menolak warga Indonesia yang dikembalikan sebagai deportan," katanya kepada BBC pada 28 Juni 2017.

Berbeda dengan Turki, Presiden Suriah Bashar Al Assad justru menegaskan tidak akan memulangkan dan akan menghukum teroris yang beroperasi di negaranya. Pernyataan ini disampaikan Assad saat diwawancarai  Paris Match pada 28 November 2019.

"Every terrorist in the areas controlled by the Syrian state will be subjected to Syrian law, and Syrian law is clear concerning terrorism. We have courts specialized in terrorism and they will be prosecuted."

Presiden Suriah Bashar al Assad (Sumber: Kompas.com)
Presiden Suriah Bashar al Assad (Sumber: Kompas.com)

Kemudian Assad pun mengecam sikap Erdogan yang memilih memulangkan teroris ISIS (asal Eropa). Bahkan, Assad menyebutnya sebagai upaya pemerasan. Lebih lagi Assad pun menyebutnya sebagai tindakan yang immoral.

"Erdogan is trying to blackmail Europe. A self-respecting man doesn't talk like this. There are institutions and there are laws. Extraditing terrorists or any convicted person to another state is subject to bilateral agreements between countries; but to release people from prison knowing that they are terrorists and sending them to other countries to kill civilians - this is an immoral act."

Assad benar. Meskipun Turki bisa mendeportasi warga negara asing yang melintasi batas ke Suriah secara ilegal, repatriasi tersebut juga tergantung pada sikap masing-masing negara asal. Sikap negara-negara asal ISIS itulah yang dimainkan oleh Turki.

Tudingan Assad jika Erdogan berupaya melakukan pemerasan terhadap negara asal ISIS bisa terlihat pada perubahan sikap Turki. 

Turki yang sebelumnya tegas akan mendeportasi ISIS yang ditahan di negaranya, termasuk yang berasal dari Indonesia, mendadak melunak setelah mengetahui Indonesia menolak pemulangan warganya yang terlibat dalam ISIS.

"Pemerintah kami punya beberapa program antara lain sebanyak mungkin kami menangkap mereka di perbatasan dan mengembalikan mereka sesuai negara asal di paspornya. Banyak yang sudah kami kirimkan kembali ke Jerman, Perancis, Belgia dan juga Indonesia. Tapi untuk saat ini, kami belum tahu," kata Duta Besar Turki untuk Indonesia Mahmut Erol Kilic pada 12 Februari 2020 sebagaimana dikutip  Republika.co.id.

Dari pernyataan Kilic tersebut, muncul pertanyaan apa yang diminta Turki bila Indonesia menolak pemulangan kombatan dan simpatisan ISIS asal Indonesia yang ditahan oleh otoritas Turki. Dan, inilah misteri kedua.

Artikel lain
"Khilafah 2020", Fiksi NIC yang Diyakini HTI Cs
Soal Agama Musuh Pancasila, Yudian Wahyudi Benar
Lewat "Proposal 660 WNI-ISIS," Assad Coba Tekan Jokowi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun