Dalam situasi yang begitu sengkarut, sulit menghitung jumlah kombatan dan simpatisan ISIS yang masih hidup dan yang berstatus tahanan, baik itu di Suriah, Irak, atau Turki.Â
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menyebut saat ini ada 689 warga negara Indonesia (WNI) yang diduga menjadi teroris lintas negara atau foreign terrorist fighters (FTF).Â
Angka ini didapat dari sejumlah sumber, termasuk CIA. Menurut data Badan Intelijen Amerika Serikat ini, 228 orang telah teridentifikasi, sementara sisanya 401 tidak teridentifikasi atau tidak lengkap identitasnya.
Mahfud pun mengaku mendapat data dari Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP). Menurut data ICRP, ada 185 orang WNI yang diduga FTF menyebar di berbagai negara di dunia.Â
Apakah 185 orang yang dimaksud, juga termasuk dalam 689 orang yang disebut CIA? Mahfud pun belum bisa memastikannya.
"CIA itu menyerahkan 846, sesudah diteliti dicocokan dengan data kita 157 itu redundant (mubazir). Double, gitu loh. Sehingga yang benar itu 689. Ditambah 185 dari Palang Merah Internasional (ICRC) tapi itu belum ada namanya. Karena ICRC bilang ini kode etik kami tidak menyebut nama orang gitu loh. Jadi yang ada itu 689," kata Mahfud di kantor Kemenko Polhukam Jakarta Pusat pada 13 Februari 2020 sebagaimana yang dikutip Tribunnews.com.
Sebelumnya, saat bertemu Kepala BNPT Suhardi Alius dan Direktur Jenderal Penanggulangan Terorisme Jepang Shigenobu Fukumoto pada 10 Februari 2020, Mahfud menyebut ada 187 warga negara Indonesia (WNI) terkait terorisme yang masih berada di Suriah.Â
Dari jumlah tersebut 31 lelaki, sisanya perempuan dan anak-anak.Â
"Pokoknya lebih dari enam ribu warga kita di luar negeri yang sekarang diidentifikasi sebagai teroris oleh negara yang mereka datangi," kata Mahfud (Sumber: Tribunnews.com).
Jadi, jumlah WNI yang terlibat FTF di berbagai belahan dunia sudah berbeda-beda. Padahal, angka-angka itu bersumber dari satu "pintu" resmi pemerintah RI yaitu Menko Polhukam Mahfud MD.
Mahfud tidak salah. Pasalnya, sebagaimana pengakuannya, Indonesia hanya mendapatkan laporan dari pihak luar. Bahkan, yang terbaru dari Turki.
"Ya kalau ada, ini silakan saja lapor. Ini enggak ada. Hanya ada laporan dari pihak luar, bukan dari Indonesia. Indonesia sendiri sudah mencari ke sana. Sumbernya juga tidak pernah langsung ketemu orangnya, Ya kita cuma ada laporan, anak sekian. Ini tadi baru ada laporan dari Turki anak sekian, perempuan sekian. Berapa ya, lima atau berapa gitu. Tapi enggak ada paspor, enggak ada apa-apa," tegas Mahfud di kantornya pada 12 Februari 2020 (Sumber: Liputan6.com).
Turki pastinya tidak akan menyebutkan angka pasti jumlah kombatan ISIS yang berada di tangannya. Lantaran, Turki masih akan memanfaatkan kombatan ISIS untuk melancarkan serangan-serangan darat ke wilayah Suriah.Â
Seperti yang dilakukan Turki saat menyerang wilayah Suriah yang dikuasai Kurdi pada Oktober 2019.Â