Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mau Ikut Jaga Stabilitas Rupiah? Tinggal "Bung Tomo-Bantengkan" Saja Akun Medsos Kita

3 Agustus 2019   10:12 Diperbarui: 3 Agustus 2019   10:19 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waktu yang digunakan netijen di Indonesia dalam satu hari (Sumber: Wearesocial.com)edia sosial

Waktu yang digunakan netijen di Indonesia dalam satu hari (Sumber: Wearesocial.com)edia sosial
Waktu yang digunakan netijen di Indonesia dalam satu hari (Sumber: Wearesocial.com)edia sosial
Dari hasil riset tersebut jelas bila media sosial jauh lebih efektif dan efisien tenimbang mengampanyekan gerakan "Cinta Rupiah" lewat televisi atau radio atau juga menempeli kaca belakang mobil dengan stiker "Aku Cinta Rupiah".

Masih ingat tagar "#RushMoney"? Tagar ini menderasi lini masa pasca-KPU (Komisi Pemilihan Umum) mengumumkan pemenang Pilpres 2019 pada 21 Mei 2019. Ajakan untuk menukarkan rupiah dengan dollar Amerika Serikat pun diserukan lewat sejumlah platform jejering media sosial dan juga aplikasi ruang obrolan.

Ketika itu, kurs rupiah terhadap dolar AS melemah 25 poin menjadi Rp 14.480 per dolar AS. Jika saja hasutan tarik tunai dan menukarkannya dengan dolar AS tidak dihantam balik, maka tidak menutup kemungkinan kurs rupiah akan terus merosot. Dan, jika sudah menyentuh angka psikologis, krisis moneter seperti yang terjadi pada 1998 pun bisa terulang.

"#RushMoney" bukan pertama kalinya menyerbu. Tiga tahun sebelumnya sekelompok netijen beramai-ramai menyerukan "tarik tunai" pada 25 November 2016 atau sekitar seminggu jelang Aksi 212.

Ketika itu, hasutan menarik rupiah begitu masif menyerbu lini masa. Saking masifnya, para pemangku otoritas keuangan pun bereaksi. Mulai dari Menteri Keuangan Sri Mulyani sampai Gubernur BI Agus Martowardojo. Sementara itu, Polri bertindak cepat dengan mencari dan menangkap penghasut.

Tak lama setelah polisi melakukan penangkapan pelaku, netijen menyebarluaskan foto-foto pelaku. Dan, tak lama setelah itu propaganda busuk yang bertujuan merontokkan nilai tukar rupiah pun menghilang dari lini masa berbagai jejaring media sosial.

Aksi netijen juga terekam saat rupiah melemah pascaaksi teror Sarinah pada 14 Januari 2016. Pada hari itu rupiah merosot 0,61 persen dan kembali anjlok 3 poin sehari setelahnya. Rupiah terus melorot sampai 27 poin pada 17 Januari 2016. Saat itu netijen melawan aksi teror dengan mem-viral-kan tagar #KamiTidakTakut dan #BersatuMelawanTerorisme.

Barulah setelah empat hari dihajar habis, pada 18 Januari 2016 rupiah kembali menggeliat. Sulit diperkirakan berapa pelemahan rupiah jika netijen tidak melakukan aksinya.

Seperti yang diteorikan oleh setumpuk buku ekonomi, stabilitas nilai tukar mata uang dapat dipengaruhi faktor-faktor psikologis, termasuk rasa takut. Ketakutan yang ditebar pelaku teror itulah yang dilawan oleh netijen lewat sederetan unggahannya di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun