Meskipun dalam radius sekian puluh meter dari Prabowo disterilkan dari bendera hitam yang dikenal sebagai identitas Al Qaeda, tetap saja memungkinkan fotografer untuk menemukan sudut pandang yang menyatukan Prabowo dan bendera hitam dalam satu frame.
Prabowo pastinya sangat tidak menginginkan foto dirinya saat berada di tengah kibaran jutaan bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid yang identik dengan bendera kelompok teroris Al Qaeda memviral ke mancanegara.
Dan seumur hidup, foto Prabowo saat berada di lautan sejuta bendera hitam tersebut dianggap sebagai panu yang menjamuri nama baik Prabowo.
Prabowo Menjaga Hubungan Baiknya dengan NU
Pengibaran sejuta bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid dalam acara Reuni Alumni 212 pastinya tidak lepas dari insiden pembakaran berdera oleh Banser pada 22 Oktober 2018.
Akibat insiden tersebut, hubungan Banser dengan kelompok-kelompok Islam yang dianggap radikal semakin memanas dan menempatkan keduanya pada dua kutub yang saling berhadapan. Ketegangan tersebut mau tidak mau menyeret NU sebagai "orang tua" Banser.
Sementara hubungan Prabowo dengan NU jauh lebih dekat ketimbang dengan kelompok yang tengah berseteru dengan Banser. Bahkan, menurut PBNU, kasta Prabowo lebih tinggi dari Mahfud MD, lantaran Prabowo memiliki kartu anggota NU sedangkan Mahfud tidak.
Kedekatan dengan NU ini pun ditegaskan Prabowo lewat kisah masa lalunya. Prabowo menceritakan pengalamannya yang mendatangi kyai untuk didoakan sebelum turun ke medan perang. Malah, karena sudah siap mati, Prabowo pun minta dimandikan.
Dalam ceritanya tersebut, Prabowo menyebut "kyai" yang identik dengan NU, bukan ustadz yang banyak digunakan oleh ulama kelompok 212 sebagai gelar.
Prabowo tahu persis jika mayoritas warga NU akan memilih Jokowi. Tetapi, hubungan baik dengan NU harus tetap dijaganya. Karena bagaimana pun juga Prabowo dan keluarga besar Gerindra yang dipimpinnya lebih berkultur NU ketimbang kelompok yang akan menggelar kumpul-kumpul pada 2 Desember 2018.
Sebenarnya masih ada serentetan alasan lagi bagi Prabowo untuk tidak menghadiri Reuni Alumni 212. Misalnya, ketidakjelasan posisi HRS. Sebab, sebelum 2014, HRS dan FPI yang dipimpinnya diketahui memiliki hubungan sangat dekat dengan Wiranto yang dikenal sebagai seteru Prabowo sejak 1998. Mendadak lompat pagarnya HRS pada 2014 inilah yang patut diwaspadai oleh Prabowo.