Sedangkan pemberitaan tentang Prabowo yang mengajukan "proposal" cawapres dan tujuh menteri pun tidak bisa diterima sebagai bocoran isi pertemuan karena diragukan kebenarannya.
Sebab tidak menutup kemungkinan jika pemberitaan tentang isi pembicaraan Luhut-Prabowo hanyalah isapan jempol semata.
Demikian juga dengan pengakuan PA 212 tentang isi pembicaraan tertutupnya dengan Jokowi. Pengakuan PA 212 belum tentu  sesuai fakta. Atau bisa juga hanya sebagian dari keseluruhan materi pembicaraan yang berlangsung lebih dari 1 jam tersebut.
Akan tetapi, beredarnya foto tersebut telah menimbulkan sejumlah dampak bagi kedua pihak.
Di pihak PA 212, beredarnya foto tersebut menimbulkan sikap saling curiga.
Sebaliknya, di pihak Jokowi, beredarnya foto tersebut semakin memperuncing pertentangan antara Jokowi dengan kelompok besar 212.
Tetapi, di pihak lain, peristiwa ini merupakan peringatan untuk lebih berhati-hati dalam menjalin komunikasi, baik itu dengan pihak Istana maupun kelompok PA 212.
Sebab salah satu pihak yang menyudutkan Prabowo Subianto dalam kasus tudingan pemalakan uang mahar yang dialami LA Nyalla Matalitti juga berasal dari pengurus Alumni 212.
Ada Kemiripan pada Pola Serangan yang Menyasar Prabowo dan SBY
Kasus Saracen yang dikait-kaitkan dengan Prabowo dan juga kasus MCA yang dihubungkan dengan Fadli Zon pastinya tidak mungkin berlangsung tanpa campur tangan "tangan-tangan" misterius.
"Tangan-tangan" misterius inilah yang memilih Jasriadi CS sebagai pelaku dalam kasus Saracen. Jasriadi dipilih karena keaktivannya sebagai pendukung Prabowo saat Pilpres 2014.