Dikuasainya gedung DPR oleh massa juga tidak akan menyebabkan tumbangnya Presiden RI. Bahkan, sekalipun pun gedung para legislator itu dibumihanguskan atau diratakan dengan tanah, tidak akan menyebabkan Presiden Ri jatuh.
Tetapi, pengerahan massa Aksi 212 dari Monas menuju gedung DPR di Senayan itulah yang rawan disusupi oleh kelompok tertentu untuk menimbulkan kerusuhan.
Jika mengacu pada Aksi 411 yang digelar pada 4 November 2016, kerusuhan baru terjadi setelah massa pengunjuk rasa sudah bergerak meninggalkan lokasii. Dari sejumlah video terekam ada kelompok yang menyusup di antara massa Aksi 411. Kelompok inilah yang memprovokasi dengan menyerang aparat keamanan. Di waktu yang nyaris bersamaan di daerah Penjaringan terjadi penjarahan.
Sulit menganggap penjarahan di Penjaringan terjadi karena spontanitas. Sulit juga mengatakan jika provokasi terhadap massa Aksi 411 tidak ada yang mendalangi.
Tetapi, sulit juga menyimpulkan jika kedua peristiwa yang mengarah pada kerusuhan massa dan berpotensi dapat melengserkan Jokowi tersebut direncanakan oleh 1 kelompok.
Dan, sampai saat ini, siapa otak (mungkin juga otak-otak) di balik kedua peristiwa tersebut belum diketahui. Polisi baru menangkapi pelaku provokasi kerusuhan di depan Istana Negara.
Para pelaku lapangan pastinya tidak mengetahui identitas Si Otak. Bahkan, identitas koordinator lapangan yang berkomunikasi dengan mereka pun belum tentu diketahui.
Jika menyimak pidato Jokowi yang disampaikannya pada malam hari setelah Aksi 411, kelompok yang merencanakan memperkeruh situasi dengan menunggangi aksi massa memang ada.
" .. Terima kasih kami sampaikan kepada para ulama, para kyai, para habaib, para ustaz yang telah memimpin umatnya yang menyejukkan sehingga sampai Maghrib tadi berjalan dengan tertib dan damai.
Tapi kita menyesalkan kejadian ba'da Isya yang seharusnya sudah bubar, tetapi menjadi rusuh.
Dan ini kita lihat telah ditunggangi oleh aktor-aktor politik yang memanfaatkan situasi,"kata Jokowi (Sumber:KOMPAS.COM)