“Yogurt itu saya buat dari sirup mangrove yang dicampur dengan susu fermentasi. Awalnya saya tidak tahu perbandingan yang tepat, berapa sirup (mangrove) dan berapa susu fermentasi,” kata perempuan 29 tahun yang menjadi binaan Latief ini. “Setelah berapa kali gagal, akhirnya jadi juga,” pungkasnya saat ditemui di stan Hawa Kreasi, kelompok UMKM binaan PT Pertamina, pada 10 Desember 2016.
Untuk produk yang dihasilkan dari mangrove, Hawa Kreasi melabelinya dengan merek Jackie Gold. Merek “Jackie” sendiri diambil dari nama kelompok tani pimpinan Latif yaitu Jaka Kelana. Dalam perkembangannya, Hawa Kreasi itu tidak hanya memproduksi makanan dan minuman berbahan baku mangrove, tetapi juga dari hasil pertanian dan perikanan lainnya, seperti kaktus, mangga, pisang, bawang, tulang ikan bandeng dan lainnya.
“Lumayanlah, ketimbang kerja di Arab,” kata perempuan asal Balongan Indramayu ini. “Mending di sini, bisa ngurus keluarga.”
Tumbuh berkembangnya perekonomian warga pesisir pantai Indramayu ini sedikit banyak membenarkan ramalan Raden Wiralodra. Pendiri kadipaten yang diberinya nama Darma Ayu itu menuliskan ramalannya dalam sebuah prasasti. Katanya, “Nanging benjing Allah nyukani kerahmatan kang linuwih. Darma Ayu mulih harja tan ana sawiji-wiji. Pertelane, yen wonten taksana nyabrang Kali Cimanuk. Sumur Kejayaan deres mili. Dlupak murub tanpa patra. Sadaya pan mukti malih. Somahan lawan prajurit, rowang lawan priagung. Samya Tentram atine. Sadaya Harta tumuli. Ing sekehing negara pada raharja.”
Ramalan yang ditulis oleh Wiralodra pada 1 Sura 1449 atau 7 Oktober 1527 M kalau diterjemahkan menjadi “Kalau nanti Allah melimpahkan rahmat-Nya yang berlimpah. Darma Ayu kembali makmur tiada ada suatu hambatan. Tandanya, jika ada ular yang menyebrangi Sungai Cimanuk. Sumur kejayaan mengalir deras. Lampu menyala tanpa minyak. Semua hidup makmur. Bekerja sama dengan tentara membantu penguasa. Semua hidup aman dan tentram. Gemah ripah loh jinawi. Seluruh negara hidup makmur.”
Ramalan Wiralodra itu kembali ramai dibincangkan saat kilang minyak Balongan diresmikan pada 1995. Saat itu masyarakat Indramayu mengaitkan “taksana nyabrang Kali Cimanuk” sebagai pipa minyak. Benar atau tidaknya kaitan taksana atau ular dengan pipa minyak pastinya akan menjadi perdebatan panjang. Tetapi, ramalan Wiralodra itu masih nyambung kalau mengaitkan “Somahan lawan prajurit, rowang lawan priagung” dengan kerja sama antara masyarakat pesisir, pemerintah, dan PT Pertamina dalam menjaga dan memanfaatkan kawasan mangrove Karangsong.
Seperti yang diutarakan oleh Wali Kelas VI SDN 1 Karangsong Edi Junaedi, “Di sini kerja sama sudah terbina dengan baik. Pertamina, Pemerintah Indramayu, warga, sekolah, dan nelayan sudah saling dukung. Kalau saya bawa anak-anak ke Karangsong. Kami cukup bayar uang “oli” saja,” katanya diikuti senyum lebarnya.
“Sekarang ini kami hanya memanfaatkan apa yang ada di mangrove. Kalau tidak dimanfaatkan akan terbuang begitu saja. Pidada, contohnya, kalau tidak dibuat jadi coklat, es krim, sirop, dodol, dan lainnya pasti akan terbuang,” jelas Latief. “Istilahnya, kami memanfaatkan mangrove tanpa merusaknya.”
Artikel terkait HUT 59 PT Pertamina lainnya: